Jadi Pasukan PBB, Polwan Asal Solok Bangun Masjid di Sudan
SOLOK - Polwan asal Polres Solok Arosuka, Polda Sumbar, Bripka Dewi Suryani, mengharumkan nama Indonesia di Sudan, Afrika. Polwan yang disimpan di misi perdamaian PBB, sebagai protokol individual police officer (IPO) United Nations - African Union Hybrid Operation in Darfur (UNAMID), membangun masjid di Shangil Tobaya, Sudan. Masjid yang diberi nama Ar Rahman tersebut, dibangun Dewi dengan gajinya selama menjadi pasukan perdamaian PBB.Bripka Dewi Suryani, saat ini tergabung dalam UNAMID MHQ di El Fasher, yang memiliki jarak tempuh sejauh 45 menit dengan helikopter ke wilayah Shangil Tobaya. Niat membangun masjid yang sebelumnya merupakan sebuah mushala dari mengomel kayu tersebut, didapat Dewi saat berkunjung ke daerah tersebut.
"Suatu ketika saya temui tempat shalat yang terbuat dari kayu dan salat di sana basah-basah karena musim hujan. Itu yang mengetuk hati saya," kata Dewi melalui whatsapp, Senin (5/11).
Dewi menggambarkan tempat shalat yang ditemuinya berdinding dan beratapkan mengomel kayu. Dewi yang sudah dua kali simpan sebagai penjaga penjaga perdamaian di Sudan, merasa perlu melakukan sesuatu agar warga di Shangil Tobaya dapat beribadah tanpa harus kebasahan saat hujan dan kepanasan saat matahari terik.
"Kondisinya di sini sangat susah. Sehingga untuk membangun tempat ibadah saja mereka belum mampu," ujar Dewi.
ibu dari tiga anak ini mengatakan uang untuk membangun masjid dari gajinya selama menjadi penjaga penjaga perdamaian. Dia lalu mengajak warga bersama-sama membangun masjid yang diberi nama Ar Rahman.
"Uang yang saya gunakan berasal dari gaji saya sendiri selama melaksanakan tugas di UNAMID. Lama proses pembangunan satu bulan, borongan kilat," jelas Dewi.
Dewi mengaku dengan berdirinya masjid Ar Rahman di tengah pemukiman warga Shangil Tobaya, berharap masyarakat dapat beribadah dan menggelar kegiatan agama dengan tenang.
"Semoga masyarakat bisa melaksanan ibadah dengan tenang. Masjid dapat digunakan sebagai tempat belajar agama bagi anak-anak dan semua kegiatan-kegiatan positif yang nantinya akan menghindari masyarakat dari konflik atau perdamaian, sehingga tercipta perdamaian," Dewi.Bripka Dewi Suryani, sebelumnya juga pernah terlibat dalam penugasan mewakili Polri sebagai penjaga misi perdamaian di wilayah "pusat sektor" di Darfur, Sudan tahun 2014. Bertugas selama sembilan bulan saat itu, Dewi kembali mendapatkan kepercayaan dari Polri sebagai Protokol IPO di El Fasher. Sebelum berangkat, Dewi mendapatkan pembekalan “Pre Deployment Training” (PDT) selama tiga pekan diselenggarakan satuan kerja Polri Divisi Hubungan Internasional (Divhubinter) yang dipimpin oleh Irjen Pol Saiful Maltha.
Selanjutnya, dia bersama beberapa rekannya menjalankan kegiatan seperti pelatihan, pengenalan misi PBB dan “United Nations Core Value“, kesehatan, vaksinasi, serta simulasi kerja. Pembekalan itu digelar di ruangan ”Command Post Exercise” (CPX) bertempat di Pusat Latihan Multi Fungsi Cikeas Bogor, Jawa Barat. Bagi anggota Polri yang terpilih wajib mengikuti pelatihan itu sebagai bekal melaksanakan tugas pada misi pemeliharaan perdamaian PBB.
Bripka Dewi bersama delapan anggota Polri lainnya diberangkatkan menuju daerah tugas oleh Kepala Biro Misi Internasional Polri, Brigjen Pol Krishna Murti.
Polwan asli Surian, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Solok tersebut, mendapatkan penugasan di wilayah Shangil Tobaya yang berlokasi sekitar 45 menit perjalanan menggunakan helikopter dari pusat komando misi UNAMID, El Fasher. Yang membanggakan, dari 15 orang kontingen Garuda Bhayangkara dari semua anggota polisi seluruh Indonesia, Dewi yang sekaligus baret biru dari PBB, menjadi wakil polwan satu-satunya dari Pulau Sumatera yang diterbangkan ke negara Sudan.Lewati Rangkaian Seleksi Ketat
Tidak mudah bagi Dewi berhasil lulus menjadi salah seorang polisi terpilih dan menjadi IPO-UNAMID. Bermacam tes dan dilewati Dewi hingga terpilih menjadi salah seorang kontingen Garuda Bhayangkara. Mulai dari tes tingkat nasional yang diberikan Polri hingga mekanisme ujian sesuai United Nation Selection Assistance and Assesment Team (UNSAAT) PBB.
Materi ujian tidak hanya soal keberanian dan kesehatan jasmani, tapi juga kemampuan intelektual akademik, menembak dan psikologi. Menariknya, dalam ujian itu, tidak dibedakan antara perwira dan bintara. Materi ujian bukan kepangkatan.
"Kita juga aktif berbahasa Inggris," sebut lulusan bintara tahun 2002 itu.
Usai dinyatakan lulus, para polisi pilihan diberikan pelatihan dan materi tugas pokok ketika berada di Sudan. Dewi dan rekannya se-Indonesia, juga mengemudikan mobil setir kiri."Pelatihan pemecahan masalah, pendalaman materi soal HAM dan cara mengendalikan stres," kata ibu tiga anak itu.
Sesampai di Sudan, Dewi bersama rekan-rekannya mendukung operasional, reformasi dan restrukturisasi kepolisian lokal. Bersama kontingen negara lain, juga melakukan patroli, pelatihan dan pendampingan polisi lokal.
"Kami terlibat dalam penyusunan kebijakan pengembangan institusi polisi lokal," ucapnya.
Pernah Terjebak dalam Baku Tembak
Saat di Sudan, Dewi terjebak dalam aksi baku tembak. Saat itu, Dewi bersama rekannya tengah menjadi pemimpin tim di salah satu lokasi. Tak disangka, tiba-tiba terjadi baku tembak antara dua kubu.
"Posisi kami berada di tengah. Di antara dua kubu. Aksi tembak-menembak terus berlanjut. Kita sempat terhenti beberapa jam dan akhirnya berhasil keluar dari kepungan kedua kubu yang bentrok. Alhamdulillah selamat," kenang Dewi.Setelah menyelesaikan tugas perdamaian di Negara Sudan, Dewi bersama kontingennya mendapat penghargaan berupa Satya Lencana Bhakti Buana dari Presiden Joko Widodo. Dewi juga mendapat penghargaan berupa medali perdamaian dari PBB.
Dewi di Mata Sahabat
Keberanian dan keuletan Dewi ternyata sudah terlihat jelas pada dirinya sendiri di SMAN 1 Gunung Talang, Kabupaten Solok. Menurut teman satu angkatannya, Mevrizal, saat menuntut ilmu SMAN 1 Guntal, Dewi yang juga aktif di Pramuka, juga menjadi pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Pada kepengurusan periode 1999-2000 yang diketuai Mevrizal, Bripka Dewi Suryani menjadi pengurus di bidang bela negara.
"Sejak sekolah, Dewi memang sudah aktif dan pandai bergaul. Main gitar hebat dan kemampuannya berbahasa Inggrisnya, memang hebat juga dari awal masuk sekolah. Jadi sangat pantas menjadi pasukan perdamaian PBB," ujar Mevrizal. (PN-001)
Post a Comment