Putra Solok Selatan Lulusan Terbaik Akpol 2019
SOLOK SELATAN – Prestasi membanggakan diraih Brigadir Taruna (Brigtar) Muhammad Idris. Remaja asal Solok Selatan ini menjadi lulusan terbaik Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 2019. Dilansir dari akun Instagram Humas Akpol, Selasa (2/7/2019), Muhammad Idris yang merupakan penguriman dati Polda Sumbar berhak mendapatkan penghargaan Adhi Makayasa.
Adhi Makayasa adalah penghargaan tahunan kepada lulusan terbaik dari setiap matra TNI dan Kepolisian. Yaitu Matra Darat (dari Akademi Militer Magelang), Matra Laut (dari Akademi Angkatan Laut Surabaya), Matra Udara (dari Akademi Angkatan Udara Yogyakarta), dan Matra Kepolisian (dari Akademi Kepolisian Semarang).
Penerima penghargaan ini adalah mereka yang secara konsisten mampu menunjukkan prestasi terbaik di tiga aspek. Yakni akademis, jasmani, dan kepribadian (mental).
Penganugerahan Adhi Makayasa secara langsung diberikan oleh Presiden Republik Indonesia (atau perwakilan atas nama Presiden). Dengan berbagai kriteria Adhi Makayasa tersebut, tentu menjadi hal membanggakan bagi Muhammad Idris, keluarga, Polda Sumbar, dan keluarga besar kepolisian di Sumbar.
Tidak Berasal dari Keluarga Polisi
Brigtar Muhammad Idris bukan sosok yang besar dari keluarga Polri. Ia adalah anak seorang petani di Jorong Mudiak Laweh, Kecamatan Sungai Pagu, Solok Selatan, Sumbar. Lahir dari pasangan Dasrial dan Elfamairi (alm), Muhammad Idris yang lahir pada 8 Juli 1996, sejatinya adalah pribadi yang dekat dengan pendidikan agama. Mengawali pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN/setingkat SD) di MIN Bandar Gadang, lalu melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN/setingkat SMP) di MTsN Pasir Talang dan MAN 1 Solsel.
Di usia yang masih muda, Muhammad Idris sudah menarik perhatian Kapolres Solsel, AKBP Imam Yulisdianto. Kapolres menyatakan jika Idris merupakan generasi emas Polri saat ini. Sementara di tempat asalnya, Mudiak Laweh, Sungai Pagu, Muhammad Idris langsung menjadi pembicaraan para tetangganya.
Tanpa Biaya Masuk Akpol
Perjalanan Idris untuk menjadi polisi tidak dilalui dengan mudah. Keinginannya itu sempat ditentang sang ayah yang seorang petani. Namun, Idris tak berkecil hati dan berusaha membuktikan jika ia mampu menjadi polisi. Adapun keinginannya itu ditentang karena sang ayah mengira biaya masuk polisi pasti mahal. Apalagi untuk mendaftar di Akpol, yang merupakan “strata” tertinggi pendidikan kepolisian.
Idris tetap nekat mendaftar dan ternyata diterima. Bahkan, selain bisa menjadi yang terbaik, Idris juga membuktikan ia tak mengeluarkan biaya sepeser pun untuk masuk Akpol.
Saat duduk di kelas satu MTsN, Idris sudah ditinggal pergi sang ibu untuk selamanya. Idris sendiri merupakan anak bungsu dan rajin beribadah. Sebagai siswa madrasah, dia kerap memberikan siraman rohani dari satu masjid ke masjid, sejalan dengan didikan orang tuanya sejak kecil. Sejak duduk di bangku sekolah, Idris sudah menunjukkan bakatnya di bidang akademis. Ia pernah meraih juara pertama dalam lomba karya ilmiah bidang Fisika. Hal ini membuatnga sejak MIN hingga MAN selalu mendapatkan beasiswa.
Sempat ditentang sang Ayah untuk mengikuti seleksi Akademi Kepolisian (Akpol) tidak membuat Muhammad Idris patah semangat. Tahap demi tahap seleksi Akpol dia lalui hingga akhirnya meraih prestasi lulusan terbaik Akpol 2019. Keyakinan dan semangatnya untuk berkompetisi berhasil membuat bangga keluarga.
“Dulu ketika mengutarakan niatnya, Idris saya larang ikut seleksi Akpol. Saya melarang karena mengira butuh biaya besar. Sementara kami tidak memiliki biaya yang cukup,” ucap Dasrial (55), ayah M Idris di kediamannya Mudik Laweh Barat, Sako Utara Pasir Talang, Sungai Pagu, Solsel, Selasa (2/7).
Profesi sebagai petani dan mengajar mengaji dirasa tidak mampu untuk membiayai anaknya. Namun, dikarenakan keyakinan dan niat yang kuat, Idris tetap mendaftar hingga lulus dan akhirnya bisa meraih penghargaan Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik Akpol 2019.
“Alhamdulillah, saya tidak pernah mengeluarkan biaya sepersen pun untuk membiayai hingga lulus Akpol. Untuk biaya mengikuti pendidikan juga gratis dan dari 15 orang yang dikirim dari Polda Sumbar semua tidak ada yang membayar, semua difasilitasi,” katanya.
Dasrial bercerita, sekitar sembilan tahun yang lalu, Idris yang masih duduk di kelas satu Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN Pasir Talang) ditinggalkan sang Ibu (alm Elfa Mairi) untuk selamanya menghadap sang khalik.
“Anak saya sepasang, Idris merupakan anak bungsu. Ibunya meninggal dunia pada 2010, sejak saat itu saya merawat dan membesarkan kedua buah hati,” sebutnya.
Muhammad Idris
Selain taat beribadah dan hobi olahraga, Idris juga dikenal lingkungannya sebagai orang baik. Selalu menyempatkan diri memberikan siraman rohani (penceramah, red) dari masjid ke masjid.
“Selain gemar olahraga dan pencak silat juga aktif organisasi Pramuka. Apabila di rumah, gemar main bola voli atau jogging. Idris juga pernah meraih juara pertama se-Indonesia dalam lomba karya ilmiah fisika yang diadakan Universitas Andalas. Sejak sekolah MIN hingga MAN selalu mendapatkan beasiswa. Padahal waktu kecil, ia ingin menjadi dokter,” kata Dasrial.
Inayati (24), kakak dari Idris mengatakan jika kedua orangtuanya selalu memberikan pemahaman ilmu agama di rumah.
“Subuh selalu dibangunkan untuk Salat apabila tidak diancam akan disiram air dan jika belajar mengaji ada salah akan dipukul telapak tangan pakai lidi,” kata Inayati.
Kemudian, juga selalu dikawal setiap habis Maghrib untuk mengulang pelajaran yang didapat di sekolah.
“Cara mendidik yang tegas dari Ayah, kami rasakan manfaatnya sekarang,” kata Inayati yang bakal melanjutkan studi S2 Farmasi.
Keberhasilan adiknya Idris, diketahui keluarga pada pukul 18.00 WIB, Senin (1/7) ketika itu melalui telepon seluler menghubungi sang Ayah bahwa menjadi lulusan terbaik.
“Perasaan kami bercampur haru dan bahagia, Idris juga sembari menangis menyampaikan kabar gembira itu,” tuturnya.
Kapolres Solsel, AKBP Imam Yulisdianto, mengatakan apa yang disampaikannya selama ini pada masyarakat Solsel tercapai.
“Terwujud apa yang saya harapkan, bahwa bakal ada putra terbaik Solsel sebagai pengganti saya menjadi Kapolres Solsel nantinya,” katanya.
Imam mengatakan, telah mengunjungi rumah kediaman orangtua dari Idris di Mudiak Laweh, Sungai Pagu untuk memberitahu dan memotivasi pihak keluarga atas prestasi anaknya.
“Insyaallah, dilantik Presiden RI di Istana Negara pada 16 Juli 2019,” ucapnya.
Imam berharap, ke depan bakal banyak putra terbaik Solsel yang mampu membawa harum nama daerah dengan prestasi terbaik.
“Tentunya, ke depan mampu melakukan kinerja terbaik menjaga institusi Polri. Mewujudkan Polri yang ProMoTer, yakni profesional, modern dan terpercaya,” katanya.
Terpisah, Kepala MAN 1 Solsel, Amri merasa bangga dan bersyukur atas raihan prestasi alumni anak didiknya.
“Kami atas nama pimpinan dan keluarga besar MAN 1 Solsel turut bangga dan bersyukur atas selesainya pendidikan alumni kami Idris dan menjadi lulusan terbaik Akpol 2019. Semoga dapat mengabdikan diri secara baik untuk nusa dan bangsa dan membawa dampak yang positif untuk kemajuan Solsel dan MAN 1 Solsel khususnya,” katanya.
Post a Comment