Benarkah Irzal Ilyas Bakal Maju di Pilkada Kota Solok 2020?
Mulyadi Effect Bakal "Memaksa" Irzal Turun Gunung?
Eskalasi Pilkada Kota Solok sudah mulai mengerucut ke tiga pasang calon. Yakni Ismael Koto-Edi Candra, Yutris Can-Irman Yefri Adang, dan Reinier-Andri Maran. Enam kandidat tersebut, merupakan "wajah lama" di kontestasi politik Kota Solok. Mungkinkan akan muncul "wajah baru" dalam Pilkada Kota Solok pada 23 September 2020 mendatang? Atau akan muncul poros keempat, dengan wajah baru stok lama.
SOLOK - Tiga pasang kandidat Walikota-Wakil Walikota yang akan bertarung di kontestasi Pilkada Kota Solok, 23 September 2020 mendatang, sudah "menandatangani" kesepahaman. Ketiga pasang kandidat tersebut, juga telah membangun pencitraan dan menarik simpati masyarakat secara massif. Melalui baliho, spanduk, poster dan berbagai alat peraga lain.
Yang lebih dahsyat, ketiga pasang kandidat juga "bertarung" di dunia maya dengan pola dan durasi yang sangat intens. Berbagai cara kreatif dan inovatif ditampilkan masing-masing pendukung dan simpatisan di berbagai media sosial, terutama di laman facebook, instagram, hingga twitter. Kemudian di jaringan whatsapp dan telegram. Intensitasnya sangat massif, yang membuat masyarakat saat membuka ponsel, langsung disuguhkan desain grafus kreatif dan kata-kata yang menarik simpati.
Ismael Koto-Edi Candra, menjadi calon yang pertama kali menegaskan berpasangan. Baliho, spanduk, poster dan alat peraga lain sudah bertebaran di seantero Kota Solok. Begitupun di jagat maya. Ismael Koto merupakan Ketua DPC Partai Gerindra Kota Solok yang pada Pilkada Kota Solok 2015 lalu, maju bersama Jon Hendra, Ketua DPD PAN Kota Solok. Saat itu, Ismael Koto-Jon Hendra meraih suara terbanyak kedua setelah Zul Elfian-Reinier. Sementara itu, Edi Candra saat ini adalah Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dispenduk KB) Pemko Solok. Sama seperti Edi Candra, Ismael Koto sebelumnya merupakan aparatur sipil negara (ASN) dengan karier yang sangat cemerlang. Banyak menghabiskan pengabdiannya di Solok Selatan, Ismael Koto diamanahkan menjabat Asisten 1, bidang pemerintahan di Pemkab Solsel.
Ketua DPRD Kota Solok, Yutris Can, secara mengejutkan "mendeklarasikan" diri maju sebagai kandidat Walikota Solok, dengan menggandeng mantan Wakil Ketua DPRD Kota Solok dari Partai PAN, Irman Yefri Adang. Majunya Boris (sapaan Yutris Can), membuat peta politik Pilkada Kota Solok 2020 buncah. Sebab, dengan statusnya sebagai Ketua DPRD Kota Solok tiga periode (2009-2014, 2014-2019, dan 2019-2024), Boris dengan berani telah menegaskan siap meninggalkan jabatannya demi bertarung di kontestasi Pilkada Kota Solok 2020. Berpasangan dengan Irman Yefri Adang, yang berasal dari PAN, akan membuat Boris-Adang mewujudkan koalisi dua partai pemenang Pileg di Kota Solok sejak era reformasi, yakni Partai Golkar dan PAN.
Kandidat petahana (incumbent) dari Kota Solok diyakini hanya akan memunculkan Wakil Walikota Solok Reinier Dt Mangkuto Alam. Walikota Solok Zul Elfian, telah menegaskan jauh-jauh hari bahwa dirinya tidak akan maju lagi di kontestasi Pilkada Kota Solok 2020. Tidak majunya Zul Elfian, membuat kans Reinier cukup besar memenangkan Pilkada Kota Solok 23 September 2020. Sebagai Ketua Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Kota Solok dan status sebagai petahana. Reinier menggandeng Ketua PDI Perjuangan, Andri Maran sebagai calon wakilnya. Pilihan ini, dinilai berbagai pihak cukup brilian. Sebab, Andri Marant dikenal sosok milenial yang sukses sebagai pengusaha muda di Kota Solok.
Ternyata, tiga pasang kandidat Walikota Solok 2020, belum memuaskan bagi masyarakat Kota Solok. Dari sejarahnya, kontestasi Pilkada secara langsung di Kota Solok selalu diisi banyak kontestan. Pilkada langsung perdana pada 2005, diikuti lima pasang calon. Pilkada 2010 diikuti 7 pasang calon, dan Pilkada 2015 lalu diikuti 3 pasang calon. Khusus di Pilkada 2015, salah satu yang membuat pasangan sedikit adalah tidak hadirnya dua partai besar sebagai pengusung, karena permasalahan dualisme kepemimpinan Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di tingkat pusat. Padahal, saat itu Partai Golkar meraih 4 kursi yang membuat mereka sejatinya bisa mengusung calon sendirian. Sedangkan PPP saat itu punya 2 kursi.
Dari komposisi saat ini, dari 11 partai yang punya kursi di DPRD Kota Solok, lima partai sudah "menentukan sikap", karena diyakini akan mengusung kadernya di kontestasi Pilkada Kota Solok 2020. Kelima partai itu adalah Partai Golkar (3 kursi) dan PAN (2 kursi) yang mengusung Yutris Can dan Irman Yefri Adang. Kemudian Partai Gerindra (2 kursi), yang akan mengusung Ismael Koto dan Edi Candra. Lalu PKPI (1 kursi) dan PDIP (2 kursi) bakal mengusung Reinier Dt Mangkuto Alam dan Andri Maran. Sementara, 6 partai belum "menentukan sikap" terkait siapa yang bakal diusung. Keenamnya adalah Demokrat (2 kursi), PBB (2 kursi), PKS (2 kursi), Hanura (2 kursi), NasDem (2 kursi) dan PPP (1 kursi).
Deni Nofri Pudung (kiri) bersama Bayu Kharisma, dua Anggota DPRD Kota Solok dari Partai Demokrat. |
Partai Demokrat, menjadi partai yang berada di poros sentral Pilkada Kota Solok 2020. Sejak Pilkada langsung pada 2005, Partai Demokrat selalu ikut kontestasi. Pada 2005, Partai Demokrat mengusung Syamsu Rahim-Irzal Ilyas (bersama Partai Golkar) yang tampil sebagai pemenang. Pada 2010 mengusung Irzal Ilyas-Zul Elfian yang juga tampil sebagai pemenang. Pilkada 2015 lalu, Demokrat mengusung Irzal Ilyas-Alfauzi Bote (bersama PKS dan Hanura), namun harus menerima kekalahan dari Zul Elfian-Reinier yang diusung PBB, NasDem dan PKPI.
Kebesaran Partai Demokrat di Kota Solok harus diakui dengan hasil Pileg dan sejumlah pertarungan Pilkada di Kota Solok. Dari hasil Pileg, Partai Demokrat senantiasa menjadi partai pemenang tiga besar. Sehingga selalu mendapatkan kursi pimpinan, yakni Wakil Ketua DPRD. Sementara dari hasil Pilkada, dari tiga kali Pilkada langsung yang telah digelar, partai berlambang bintang Mercy tersebut menang dua kali. Tentu, kebesaran dan kejayaan partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono ini di Kota Solok sangat menentukan di Pilkada Kota Solok 2020. Tentu, semua kandidat ingin mendapatkan "servis" dari mesin Mercy. Buktinya, ketiga pasang calon yang telah mengapung saat ini, semuanya mendaftar ke partai yang saat dipimpin oleh Irzal Ilyas Dt Lawik Basa.
Berada di poros sentral Pilkada Kota Solok dan menyandang status sebagai partai besar di Kota Solok, Sumbar dan Indonesia, sikap Partai Demokrat Kota Solok sangat ditunggu. Sikap Irzal Ilyas Dt Lawik Basa sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Kota Solok juga sangat ditunggu masyarakat dan simpatisan pendukung Partai Demokrat. Figur Walikota Solok periode 2010-2015 tersebut sangat dirindukan oleh masyarakat.
Irzal Ilyas Dt Lawik Basa, Anggota DPRD Sumbar dari Partai Demokrat. |
Meski kalah di Pilkada 2015 lalu, nama Irzal Ilyas tetap berpengaruh. Buktinya, pada Pileg 17 April 2019 lalu, Irzal Ilyas berhasil duduk sebagai Anggota DPRD Sumbar dari Dapil Solok Raya (Kota Solok, Kabupaten Solok, Solok Selatan) dengan meraih suara 13 ribuan. Perlu diingat, sebanyak 7.599 suara diraihnya di Kota Solok, itupun belum termasuk suara masyarakat yang memilih Partai Demokrat. Perbandingannya sangat timpang jika dibandingkan dengan hasilnya Pilkada 2015. Saat berpasangan dengan Alfauzi Bote dan didukung tiga partai (Demokrat, Hanura, PKS), Irzal-Alfauzi hanya meraih 6 ribuan suara.
Dari sejumlah diskusi dengan berbagai pengurus, kader, simpatisan Partai Demokrat Kota Solok, ditambah semakin massifnya eskalasi Pilkada Sumbar, Partai Demokrat dipastikan akan tampil di kontestasi Pilkada Kota Solok 2020. Tentu, dengan kebesarannya, Partai Demokrat Kota Solok tidak akan tampil sebagai partai pendukung, tapi akan tampil sebagai partai pengusung. Satu hal yang harus diingat, Partai Demokrat akan mengusung kadernya sendiri. Mamintak angok ka lua badan (meminta napas keluar badan), bukan gaya Demokrat!
Kontestasi Pilkada Kota Solok 2020, juga akan dipengaruhi oleh eskalasi Pilkada Sumbar 2020. Ketua DPW Partai Demokrat Sumbar, Mulyadi, jauh-jauh hari sudah menegaskan dirinya maju di kontestasi Pilkada Sumbar 2020. Sebagai politikus yang matang dengan program dan sistematis, Mulyadi tentu akan memaksimalkan mesin Partai Demokrat. Tidak hanya di tingkat provinsi, tapi hingga ke tingkat daerah. Tentunya, dengan tujuan khusus; "Mengembalikan Kejayaan Partai Demokrat". Sesuatu yang sudah "dimulai" Mulyadi dengan menjadi peraih suara terbanyak di Pileg DPR RI 17 April 2019 lalu.
Memasuki tahun 2020, atau hanya 8 bulan jelang Pilkada 23 September 2020 mendatang, "Mulyadi Effect", akan segera bergulir ke daerah, termasuk ke Kota Solok. Sebagai figur yang diyakini "sangat percaya" dengan data dan fakta, Mulyadi dalam menghadapi Pilkada Gubernur Sumbar akan memaksimalkan mesin Mercy hingga ke seluruh wilayah di Sumbar. Dengan asumsi Partai Demokrat di Sumbar tetap dengan pakem akan mengusung kadernya sendiri, Irzal Ilyas Dt Lawik Basa akan maju di kontestasi Pilkada Kota Solok 2020!
Sama seperti Mulyadi di Partai Demokrat Sumbar, Irzal Ilyas adalah simbol di Kota Solok. Dengan fakta suara pribadi Irzal Ilyas yang sangat tinggi di Kota Solok, ditambah suara Partai Demokrat sebagai pemenang tiga besar di Kota Solok, hasil survey akan sangat mudah ditebak. Nama Irzal Ilyas akan tampil di urutan teratas. Artinya, Irzal Ilyas akan diusung Partai Demokrat menjadi Calon Walikota Solok 23 September 2020.
Lalu, siapa yang akan mendampingi Irzal Ilyas? Dari lima partai lain yang belum "menentukan sikap", Partai Demokrat memiliki komunikasi yang sangat baik. Dengan dua kursi di DPRD Kota Solok saat ini, Partai Demokrat hanya butuh dua kursi lagi sebagai syarat minimal 4 kursi untuk ikut kontestasi Pilkada Kota Solok 2020. Pilihannya juga sangat beragam. Yakni PBB (2 kursi), PKS (2 kursi), Hanura (2 kursi) dan NasDem (2 kursi). Ikutnya Demokrat dan Irzal Ilyas di Pilkada Kota Solok 2020, tentu akan ikut mendongkrak suara Mulyadi di kontestasi Pilkada Sumbar 2020. Sehingga, "Mulyadi Effect" akan "memaksa" Irzal Ilyas "turun gunung" untuk mengembalikan kebesaran dan kejayaan Partai Demokrat. (rijal islamy)
Post a Comment