ORARI dan RAPI, Media Komunikasi Alternatif di Masa Pandemi dan Gangguan Seluler
SOLOK - Wabah virus corona (Covid-19) yang melanda seluruh dunia sangat berpengaruh terhadap segala bidang. Ditambah lagi, pada Selasa (11/8), wilayah Sumbar dan Sumatera bagian utara (Sumbagut) terjadi kelumpuhan total jaringan komunikasi, akibat terbakarnya Kantor Telkom di Pekanbaru, Riau. Karena itu, jaringan komunikasi seperti Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI) dan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI), langsung menjadi alternatif untuk berkomunikasi.Ketua ORARI Solok, Nasril In Dt Malintang Sutan, menyatakan pihaknya ingin menawarkan solusi dalam kegiatan pembelajaran dalam jaringan (Daring). Menurut Nasril In, setelah sejak bulan Juni 2020 masyarakat sudah memasuki era new normal, masyarakat kini mulai menjalani aktivitas sehari-harinya seperti biasa. Demi menjaga keselamatan dan kesehatan para siswa, sejumlah sekolah menerapkan sistem online atau virtual tanpa tatap muka langsung. Pembelajaran daring adalah metode belajar dengan menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System (LMS),Seperti menggunakan Zoom, Google Meet, dan lainnya.
Di masa pandemi seperti sekarang ini berbagai tingkatan institusi pendidikan terpaksa mengambil kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau sistem belajar dalam jaringan (daring). Mulai dari SD, SMP, SMA, bahkan universitas. Siswa maupun guru diperkenankan melaksanakan proses pembelajaran dari rumah masing-masing. Belajar secara daring tentu memiliki tantangannya sendiri, siswa bukan hanya membutuhkan suasana di rumah yang mendukung untuk belajar, tetapi juga koneksi internet yang memadai. Faktor keberadaan fasilitas pendukung menjadi sangat sentral bagi keberhasilan belajar daring.
"Jika siswa tidak bisa difasilitasi peralatan pendukung, seperti ponsel, laptop, komputer, atau bahkan jaringan internet baik WiFi maupun kuota internet, maka siswa akan sulit mengikuti pembelajaran. Jadi tidak semua anak didik memiliki perangkat android maupun jaringan internet yang memadai untuk belajar secara online. Karena itu, ORARI dan RAPI Solok mencoba menawarkan solusi kepada pemerintah untuk memfasilitasi belajar menggunakan Radio. Kami menilai belajar melalui alat komunikasi Radio tidak memakan biaya atau tidak membebankan biaya kepada orang tua murid tanpa memikirkan kuota atau paket internet," ungkapnya.
Nasril juga mengatakan, melalui belajar dengan media Radio para siswa masih bisa berkomunikasi dengan gurunya secara langsung walaupun tidak bertatap muka. Selain itu para guru sangat gampang memantau muridnya yang sedang belajar di rumah masing-masing. Nasril In juga menjelaskan untuk penggunaan HT (Handy Talky) dapat dilaksanakan secara berkelompok minimal 5 orang siswa untuk satu buah HT yang terhubung dengan gurunya.
Setidaknya, untuk satu lokal yang terdapat 30 orang murid cukup dengan 6 buah HT dengan jumlah murid per satu kelompok dengan jumlah 5 orang. Siswa dapat berkomunikasi langsung dengan guru dan mendengarkan arahan maupun materi pelajaran dari gurunya. Selain itu guru dapat memberikan tugas secara langsung melalui alat komunikasi dan dikumpulkan satu kali dalam seminggu.
"Kami rasa dengan menggunakan alat komunikasi HT ini salah satu jalan keluar yang bisa dilakukan siswa untuk tetap mengikuti proses belajar mengajar di saat pandemi. Siswa masih bisa belajar bersama teman-temannya dengan menggunakan HT, asal jangan terlalu berkerumun dan selalu mengikuti protokol kesehatan dengan baik. Penggunaan alat komunikasi HT, tentunya sangat mendukung siswa sebab orang tua siswa,tidak harus selalu mengingatkan anaknya ketika waktunya belajar dan orang tua tidak merasa khawatir penyalahgunaan Hp untuk bermain game bagi anak-anak," ungkap Anggota DPRD Kota Solok tiga periode dari Partai Golkar ini. (PN-001)
Post a Comment