Pilkada Kota Solok, Menggiring Kandidat ke "Rumah Jagal"
Pilkada Kota Solok 2020 menjanjikan pertarungan seru. Tidak hanya kapasitas dan kapabelitas para kandidat. Eskalasi yang melahirkan komposisi empat pasang kandidat, terbentuk secara unik. Penuh turbulensi dan manuver. Kontestasi menggiring seluruh kontestan ke "rumah jagal" politik. Ibarat partai final, hanya akan ada satu pasang pemenang. Tiga pasang lainnya, harus siap dengan konsekuensi. Melupakan karier politik, menjauh dari hingar-bingar, dan kembali ke khittah. Sebagai rakyat biasa.
SOLOK - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Solok telah menetapkan nomor urut pasangan calon (Paslon) Walikota-Wakil Walikota Solok 2020 di Gedung Kubung Tigo Baleh, Kota Solok, Kamis (24/9).
Pasangan Reinier, ST, MM - Andri Marant mendapatkan nomor urut 1. Keduanya diusung empat partai, yakni Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan Pembamgunan (PPP), dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). dengan total lima kursi di DPRD dari masing-masing satu kursi dari PKPI, PDIP, PPP, dan dua kursi dari Gerindra.
Pasangan petahana, Zul Elfian, SH, M.Si -Dr. Ramadhani Kirana Putra, SE, MM, mendapatkan nomor urut 2. Maju berbekal dukungan tiga partai pengusung yang menjadi jumlah dukungan kursi terbanyak di antara empat pasang Paslon yang bertarung di Pilkada Kota Solok 2020. Yakni, masing-masing dua kursi dari Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Pasangan Ismael Koto, SH - Edi Candra, SH mendapatkan nomor urut 3. Dengan dukungan minimal, yakni syarat empat kursi di DPRD Kota Solok. Empat kursi tersebut didapat dari dua partai yang sama-sama memiliki dua kursi di DPRD Kota Solok. Yakni Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).
Pasangan Yutris Can, SE - Irman Yefri Adang, SH, MH, mendapatkan nomor urut 4. Pasangan ini diusung dua partai pemenang Pileg di Kota Solok. Yakni Partai Golongan Karya (Golkar) dengan tiga kursi dan Partai Demokrat dengan dua kursi.
Pertarungan empat pasang kandidat di Pilkada Kota Solok 2020, sejatinya adalah laga klasik. Keempat pasang kandidat merupakan "wajah lama" yang sudah sangat dikenal masyarakat Kota Solok. Kelebihan dan kekurangan delapan figur tersebut begitu terang-benderang di otak warga kota. Sehingga, kepiawaian para kandidat dan elemen pemenangan, akan menentukan kemana hak suara dan keyakinan pemilih. Siapa yang layak dan pantas memimpin Kota Solok ke depan.
Meski jabatan Walikota-Wakil Walikota Solok diyakini hanya berperiode 2021-2024, perjuangan empat pasang kandidat untuk mendapatkan "tiket" maju di Pilkada 9 Desember 2020, tersaji sangat seru. Eskalasinya bergerak sangat dinamis dengan sejumlah turbulensi (hentakan) dan penuh manuver politik. Diawali dengan didapatnya SK Rekomendasi petahana Zul Elfian dari Partai Nasional Demokrat (NasDem). Padahal, jauh-jauh hari, Zul Elfian telah menyatakan diri tidak maju di Pilkada Kota Solok 2020. Sebelum rekomendasi tersebut keluar, Ismael Koto dan Edi Candra telah mempublikasi maju dengan "kendaraan" Gerindra dan NasDem. Hal ini terbukti dengan tersebarnya baliho dan alat peraga keduanya seantero Kota Solok.
Turbulensi berikutnya, jabatan Ismael Koto sebagai Ketua DPC Partai Geridra Kota Solok dicopot dan berpindah ke Dalius. Pencopotan itu, ternyata juga diikuti turunnya "mandat", yakni Rekomendasi DPP Gerindra untuk pasangan Reinier-Andri Maran, yang sebelumnya sudah mengantongi "mandat" dari PKPI, PDIP dan PPP. Di titik ini, berarti Ismael Koto-Edi Candra tidak bisa maju, karena "kendaraan" Parpol pengusung sudah "lepas".
Namun, Ismael Koto - Edi Candra akhirnya membuktikan kapasitasnya. Tanpa dukungan dari Partai Gerindra dan Partai NasDem sekalipun, keduanya tetap mampu mendapatkan kepercayaan partai lain untuk bertarung di Pilkada Kota Solok 2020. Yakni, dari Partai Bulan Bintang dan Partai Hanura, yang sama-sama memiliki dua kursi di DPRD Kota Solok. Artinya, dengan minimal syarat empat kursi, Iko-Edi berhak bertarung di Pilkada Kota Solok 2020.
Tak berhenti sampai di situ, turbulensi berlanjut dengan munculnya nama Ramadhani Kirana Putra, Anggota DPRD Kota Solok dari Partai Golkar. Peraih suara terbanyak di Pileg 2019 tersebut tampil mendampingi Zul Elfian, dengan dukungan Partai NasDem, PAN dan PKS. Didapatnya rekomendasi dari PAN, membuat pasangan Yutris Can - Irman Yefri Adang sempat syok. Pasalnya, Irman Yefri Adang merupakan kader PAN, tapi DPP PAN justru "lebih percaya" ke Zul Elfian dan Ramadhani. Alhasil, kemunculan Ramadhani, menciptakan multi turbulensi di kontestasi Pilkada Kota Solok.
Pasangan Yutris Can - Irman Yefri Adang, akhirnya mendapatkan "tiket" bertarung di Pilkada Kota Solok 2020, setelah mendapatkan SK Rekomendasi dari Partai Demokrat. Dukungan dari Partai Demokrat yang memiliki dua kursi di DPRD Kota Solok ini, melengkapi dukungan dari Partai Golkar yang memiliki tiga kursi.
Reinier, ST, MM - Andri Marant
Reinier yang saat ini adalah Wakil Walikota Solok, yang memiliki latar belakang pengusaha. Mantan pesepakbola andalan Kota Solok tersebut diuntungkan dengan sejarah Pilkada di Kota Solok. Yakni, sudah dua kali Pilkada, Walikota Solok periode berikutnya adalah Wakil Walikota periode sebelumnya. Irzal Ilyas, Wakil Walikota periode 2005-2010 menjadi Walikota periode 2010-2015. Zul Elfian, Wakil Walikota periode 2010-2015, menjadi Walikota Solok periode 2016-2021. Latar belakang teknik dan karakter kuat yang dimiliki, menjadi nilai plus tersendiri bagi Reinier. Sebagai daerah di posisi strategis di Sumbar dan Pulau Sumatera, Kota Solok membutuhkan pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Andri Marant, salah satu sosok milenial (anak muda) yang sukses di bidang bisnis. Pria yang akrab disapa Erik tersebut, berhasil "survive" dan bermetamorfosis dari seorang bartender kafe, menjadi pengusaha. Andri Marant menjadi sosok inspiratif bagi para anak muda, khususnya di Kota Solok. Yakni jika Andri Marant yang "hanya" seorang bartender bisa, tentu semua anak muda juga bisa merawat cita-cita dan impiannya untuk masa depan yang lebih baik. Sikapnya yang santun kepada semua orang, dan aktif di kegiatan kepemudaan dan olahraga, membuat Erik mampu diterima oleh semua kalangan. Naluri dan kepiawaiannya berbisnis membuat Erik juga menjadi panutan.
Zul Elfian, SH, M.Si - Dr. Ramadhani Kirana Putra, SE, MM
Zul Elfian merupakan sosok birokrat dan pamong senior yang sangat disegani di Pemko Solok. Seluruh kariernya sebagai pegawai dihabiskan di Pemko Solok dengan silih berganti kepemimpinan Walikota Solok. Mulai dari Orde Baru, Orde Reformasi dan Pasca Reformasi. Zul Elfian menjadi pegawai yang memulai kariernya dari bawah. Sejak menjadi staf, kepala bidang, kepala bagian, kepala dinas, hingga terkahir menjadi Asisten Pemerintahan Pemko Solok. Pemerintahan adalah sebuah sistem birokrasi, sehingga yang dinilai paling layak memimpin adalah seorang dengan latar belakang birokrat. Statusnya sebagai Ustadz atau Buya, menjadi kelebihan lain bagi Zul Elfian yang membuat namanya begitu lekat di hati masyarakat.
Karena pemerintahan dilaksanakan secara bersama-sama oleh eksekutif (pemerintah) dan legislatif (DPRD), paduan Zul Elfian dan Ramadhani menjadi keunggulan yang tidak dimiliki Bapaslon lain di Pilkada Kota Solok 2020. Ramadhani Kirana Putra, menjadi sosok milenial yang namanya begitu lekat di hati masyarakat. Wajah rupawan, sikap sopan, tutur bahasa santun, dan sosok anak muda intelektual bergelar Doktor bidang ekonomi, membuat Ramadhani menjadi role model dan kesayangan bagi masyarakat. Menjalani masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa di Pasaraya Solok, Ramadhani tentu tahu persis bahwa Pasaraya Solok merupakan urat nadi perekonomian. Bukan hanya bagi masyarakat Kota Solok, tapi juga warga daerah lain di sekitarnya. Pilihannya meninggalkan zona nyaman sebagai Anggota DPRD Kota Solok dan berpeluang besar menjadi Ketua DPRD Kota Solok, karena Ketua DPRD Yutris Can maju di Pilkada 2020, membuat kiprah Ramadhani begitu ditunggu. Peraih suara terbanyak se-Kota Solok di Pileg 2019, makin menahbiskan dirinya sebagai anak muda enerjik dengan mimpi besar membangun daerah.
Ismael Koto, SH - Edi Candra, SH
Ismael Koto menggebrak percaturan politik Kota Solok saat maju sebagai Calon Walikota Solok periode 2016-2021. Berpasangan dengan Jon Hendra kala itu, Ismael meraih posisi kedua di bawah Zul Elfian-Reinier. Namun berhasil mengalahkan petahana Walikota saat itu, Irzal Ilyas yang berpasangan dengan Alfauzi Bote. Ismael dikenal sebagai sosok pengusaha sukses SPBU (Pom Bensi) dan beragam usaha bisnis Pertamina. Namun, tidak banyak tahu bahwa Ismael merupakan seorang birokrat andal nan cerdas. Hanya selama 15 tahun menjadi PNS, Ismael dipercaya menduduki berbagai jabatan strategis. Bahkan, jabatan terakhirnya adalah Asisten di Pemkab Solok Selatan.
Senada dengan Ismael Koto, sosok pasangannya, yakni Edi Candra, merupakan birokrat senior di Pemko Solok. Penampilan dan sikapnya, menjadi penarik simpati utama bagi ASN dan masyarakat Kota Solok. Jika Ismael adalah sosok PNS yang juga pengusaha, Edi Candra, dikenal sebagai birokrat yang tekun bekerja. Segala pekerjaan yang dibebankan kepadanya, senantiasa tuntas dengan hasil yang sangat baik. Bahkan, Edi Candra yang dikenal sangat dekat dengan masyarakat ini, pernah menjadi Camat Teladan tingkat Sumbar. Sebagai bukti keseriusannya bekerja dan tingginya rasa tanggung jawab yang dimilikinya.
Yutris Can, SE - Irman Yefri Adang, SH, MH
Karier politik Yutris Can menanjak tak tertahankan. Pria yang akrab disapa Boris tersebut, menjadi satu-satunya orang yang mampu menjadi Ketua DPRD tiga periode beruntun. Sosok Ketua DPD Partai Golkar Kota Solok tersebut, begitu dikenal, karena ketegasannya di legislatif Kota Solok memperjuangkan kepentingan masyarakat. Hal itu seiring dengan kepercayaan masyarakat yang memilihnya selama tiga periode beruntun. Dalam perannya di parlemen Kota Solok, Yutris Can dikenal sangat vokal memperjuangkan kebutuhan masyarakat. Selain itu, dengan fungsi control yang dimiliki DPRD, Yutris Can begitu vokal mengawal jalannya pemerintahan di Kota Solok. Tiga periode memimpin DPRD Kota Solok, Yutris Can tentu paham betul birokrasi dan jalannya pemerintahan yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh eksekutif dan legislatif.
Berbeda dengan Yutris Can yang dikenal sangat tegas dan tanpa kompromi memperjuangkan hak-hak masyarakat, Irman Yefri Adang dikenal sebagai sosok yang mampu mendinginkan ketegangan. Baik di DPRD, di partai, maupun di masyarakat. Hal itu dibuktikan Adang saat sama-sama berada di DPRD Kota Solok bersama Yutris Can selama 10 tahun. Paduan Boris-Adang yang sama-sama memiliki basis dukungan yang kuat di masyarakat, menjadikan kiprah pasangan ini begitu ditunggu jika nanti terpilih sebagai Walikota dan Wakil Walikota Solok. Apalagi, di antara keduanya ada sosok Irzal Ilyas, Wakil Walikota Solok periode 2005-2010 dan Walikota Solok 2010-2015, yang menegaskan siap menjadi mentor keduanya di ranah birokrasi pemerintahan.
Kalah, Harus Siap Angkat Koper
Pilkada Kota Solok menyajikan suasana sangat kompetitif namun dalam suasana yang penuh kekeluargaan. , seluruh kandidat yang bertarung, memiliki hubungan kekerabatan yang begitu dekat. Hubungan antar kandidat dalam setiap pertemuan di berbagai kegiatan berlangsung akrab.
Namun, kontestasi Pilkada Kota Solok 2020, diyakini bakal menggiring seluruh kontestan ke "rumah jagal" politik. Pemungutan suara yang berlangsung pada tanggal 9 Desember 2020, ibarat partai final bagi empat Bapaslon. Artinya, hanya akan ada satu pasang pemenang. Nasib tiga pasang Bapaslon lainnya yang kalah, bakal sangat tragis. Konsekuensinya, bakal sangat jelas. Berulang kali, sejarah Pilkada dan Pileg di Kota Solok, tidak pernah memberi ruang terhadap pihak yang kalah. Apalagi jika dua kali kalah.
Ibarat pameo yang melekat di benak masyarakat, terkena "kecelakaan politik", harus siap-siap mengulum tangis. Karena sejarah hanya untuk para pemenang, tidak ada ruang untuk yang kalah. Bagi yang kalah, harus siap dengan konsekuensi. Yakni melupakan karier politik, menjauh dari hingar-bingar, dan kembali ke khittah, sebagai rakyat biasa.
Reinier mendapat kesempatan kedua pada Pilkada 2015. Sebelumnya, pada Pilkada 2010, Reinier maju sebagai Calon Walikota Solok dan berpasangan dengan Sabri Yusni, Wakil Walikota Solok 2000-2005. Saat itu, dari tujuh pasang kandidat yang bertarung, Reinier-Sabri menempati posisi ketujuh. Pemenang Pilkada 2010, dimenangkan oleh Irzal Ilyas - Zul Elfian. Jika di 2020 ini kalah, Reinier kemungkinan bakal "pindah jalur" ke legislatif tingkat Sumbar, atau kembali ke khittahnya sebagai pengusaha.
Zul Elfian, sudah dua kali ikut Pilkada Kota Solok dan dua kali menang. Yakni menjadi Wakil Irzal Ilyas di Pilkada 2010, dan didampingi oleh Reinier pada Pilkada 2015. Jika kalah di 9 Desember 2020 nanti, Zul Elfian akan masuk masa "pensiun" politik. Seiring dengan umurnya yang sudah menua dan mobilitas yang tergerus usia.
Bagi Ismael Koto, Pilkada 2020 yang merupakan kesempatan kedua baginya setelah yang pertama di 2015. Jika kalah kedua kalinya saat ini, narasi negatif terhadap dirinya akan terbentuk sendirinya. Sehingga, Pilkada 2020 inilah kesempatan terakhir baginya untuk membuktikan bahwa dirinya pantas dan layak memimpin Kota Solok. Jika kalah, dunia bisnis sudah menunggunya dan menikmati hidup sebagai pensiunan yang fokus mengurus jaringan bisnisnya.
Yutris Can, memang baru pertama kali tampil di pentas Pilkada Kota Solok. Namun, jika gagal di Pilkada Kota Solok 2020, tempat kembali ke karier politiknya adalah di legislatif. Namun, setelah tiga kali ikut Pileg dan selalu menang, Yutris Can, diyakini kuat bakal undur diri, dan memberikan kesempatan kepada generasi berikutnya di politik Kota Solok. Sebagai tokoh politik senior dan berpengaruh di Kota Solok, Yutris Can dikenal sebagai tokoh yang berpendirian keras. Tidak akan memaksakan sesuatu, jika generasi berikutnya juga menginginkan.
Nasib Para Calon Wawako
Pilkada 2020, menjadi pentas perdana bagi empat Cawawako Solok. Meski menjadi elemen yang sangat menentukan dalam menarik simpati pemilih, para Cawawako tidak bakal "menanggung" konsekuensi sebesar Cawako. Namun, kekalahan tentu saja tetap akan menjadi "dosa politik". Andri Marant, Ramadhani Kirana Putra, dan Edi Candra, dengan waktu yang masih "pagi" di politik diyakini tetap memiliki "kesempatan". Baik di legislatif maupun di pentas Pilkada selanjutnya. Namun, bagi Irman Yefri Adang, dengan label politisi senior, jika kalah di Pilkada 9 Desember 2020, bakal segera "pensiun" dan fokus ke dunia bisnis.
Namun, jika menang, karier politik Cawawako yang menang bakal meroket dan meneruskan tradisi sebelumnya. Yakni wakil walikota menjadi walikota di periode berikutnya. Apalagi bagi Ramadhani Kirana Putra, karena jika menang, artinya Zul Elfian sudah dua periode. Ramadhani akan "dikader" untuk periode selanjutnya. Jika Reinier, atau Ismael Koto, atau Yutris Can memenangkan Pilkada Kota Solok 2020, ada dua pilihan yang bisa diambil. Pertama bersiap diri untuk "take over" menjadi Cawako di periode selanjutnya, atau kedua, "bersabar" dan mendukung penuh Walikota Solok, sembari mempersiapkan diri di dua periode selanjutnya. Pilihan kedua lebih bijak, sesuai dengan komitmen berbakti dan mengabdi ke masyarakat Kota Solok. (rijal islamy)
Post a Comment