Pilkada Kabupaten Solok, Mengerucut ke Iriadi-ASD dan Asda-Pandu
SOLOK - Eskalasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Solok memasuki babak akhir. Dua pasangan calon (Paslon) Bupati-Wakil Bupati Solok, Iriadi-Agus Syahdeman dan Epyardi Asda-Jon Firman Pandu diyakini bakal bersaing ketat memenangi kontestasi Pilkada Kabupaten Solok 9 Desember 2020.Ir. Iriadi Dt Tumanggung - Agus Syahdeman Angku Imam Bandaro
Paslon Bupati-Wakil Bupati Solok Ir. Iriadi Dt Tumanggung dan Agus Syahdeman menjadi kandidat yang sangat berpeluang memenangkan kontestasi. Pasangan yang diusung Partai Demokrat, PDIP dan Hanura dengan total 12 kursi dari 35 kursi DPRD Kabupaten Solok tersebut, memiliki berbagai kelebihan-kelebihan khusus dibandingkan kandidat-kandidat lainnya.
Iriadi dan Agus Syahdeman secara alami menjadi kuda hitam yang berlari kencang di Pilkada Kabupaten Solok 2020. Berbagai kelebihan dari paduan birokrat senior dan politisi kawakan tersebut, membuat mereka memenangkan kontestasi Pilkada. Berikut alasan-alasan Iriadi Dt Tumanggung-Agus Syahdeman memenangkan Pilkada Kabupaten Solok 2020.
Pertama, Iriadi Dt Tumanggung menggebrak kontestasi Pilkada Kabupaten Solok 2020 dengan sangat elegan. Pengalamannya selama 34 tahun di birokrasi Pemprov Sumatera Selatan, menjadi modal berharga untuk menarik simpati masyarakat. Hal itu ditunjang dengan keberadaan Agus Syahdeman sebagai politisi kawakan di Kabupaten Solok. Pemerintahan adalah birokrasi, maka sejatinya dipimpin oleh seorang birokrat. Lalu, pemerintahan dilaksanakan secara bersama oleh eksekutif dan legislatif, maka komposisi Iriadi-Agus Syahdeman adalah satu-satunya pasangan yang merupakan paduan dua latar belakang, eksekutif dan legislatif.
Kedua, Iriadi-Agus Syahdeman mengusung terobosan baru dengan program unggulan, anggaran Rp500 juta perjorong setiap tahun. Program ini sempat menjadi "cemoohan" bagi kandidat, tim pemenangan, relawan dan simpatisan calon lain. Terutama tentang dari mana dan bagaimana proses penggunaan dana tersebut. Sebab, APBD Kabupaten Solok "hanya" Rp1,2 triliun dan pendapatan asli daerah (PAD) hanya Rp74 miliar, dengan belanja daerah hampir 70 persen untuk belanja.
Namun, Iriadi dan Agus Syahdeman, berhasil menjelaskan bahwa anggaran Rp500 juta perjorong pertahun tersebut adalah improvisasi dari APBD Kabupaten Solok agar pembangunan merata. Terobosan anggaran dan pembangunan berbasis jorong ini, sangat masuk logika, karena dari 403 jorong yang ada di Kabupaten Solok, dana yang dibutuhkan "hanya" Rp201,5 miliar. Tapi efek yang akan dirasakan, seluruh jorong akan mendapatkan anggaran yang merata. Sehingga, jargon "Solok Bangkit", akan sangat rasional dicapai, karena pembangunan berbasis pada tingkatan terendah, yakni tingkat jorong.
Iriadi-Agus Syahdeman juga menjelaskan bahwa terobosan seperti ini, memang akan banyak diragukan oleh pihak-pihak yang tidak memahami dan berfikiran negatif. Namun, Iriadi dan Agus Syahdeman berhasil menjelaskan ke masyarakat, bahwa pendanaan Rp500 juta perjorong pertahun, tidak akan mengganggu anggaran daerah. Sebab, menurut mereka, banyak dana dari tingkat pusat dan provinsi yang bisa diraih, dengan program-program kemasyarakatan.
Ketiga, Iriadi Dt Tumanggung dan Agus Syahdeman, memiliki kedekatan yang "sangat khusus" dengan Bapaslon Independen, Hendra Saputra-Mahyuzil Rahmat. Iriadi dan Hendra Saputra memiliki kedekatan emosional, karena sama-sama berasal dari pemerintahan (birokrat). Sementara, Agus Syahdeman dan Mahyuzil Rahmat, sama-sama berasal dari Gunung Talang. Sehingga, ibarat pepatah; Rasok Aie ka Aie, Rasok Minyak ka Minyak (kecendrungan kepada hal yang sama), suara independen yang lebih dari 48.000, akan lebih banyak ke Paslon Iriadi Dt Tumanggung dan Agus Syahdeman.
Keempat, Iriadi sebagai birokrasi senior dan Agus Syahdeman sebagai politisi yang telah berkiprah lama di Kabupaten Solok, membuat para aparatur sipil negara (ASN) di Pemkab Solok akan "berpihak" kepada mereka. Sebab, dari keduanya, para pegawai akan mendapatkan kenyamanan dalam bekerja. Ditambah lagi dalam tiga Pilkada Kabupaten Solok sebelumnya, bupati terpilih selalu berasal dari Birokrat. Yakni, pada 2005 dimenangkan Gusmal, 2010 oleh Syamsu Rahim, dan 2015 oleh Gusmal. Harus diakui, "suara" dari ASN Pemkab Solok sangat "menentukan" hasil Pilkada.
Kelima, Iriadi dan Agus Syahdeman berasal dari wilayah tengah Kabupaten Solok dengan jumlah penduduk paling ramai. Hampir 100 ribu pemilih dari 280 ribu pemilih Kabupaten Solok berasal wilayah tengah. Iriadi adalah sosok niniak mamak di Nagari Selayo, Kecamatan Kubung, sementara, Agus Syahdeman adalah sosok milenial dengan gelar Angku Imam Bandaro, yang merupakan elemen agama. Sehingga sesuai dengan falsafah Minangkabau, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.
Keenam, Iriadi Dt Tumanggung dan Agus Syahdeman tidak memiliki beban di Pilkada Kabupaten Solok 2020. Kehidupan keduanya terbilang sangat mapan. Sehingga, apapun hasilnya, baik Iriadi maupun Agus Syahdeman, akan nyaman memimpin Kabupaten Solok periode mendatang. Iriadi bahkan telah menegaskan, jika nanti terpilih, dirinya tidak akan mengambil gaji dan tunjangan. Bahkan hingga fasilitas dinas. Sehingga, komitmennya untuk mengabdi ke Kabupaten Solok benar-benar akan bisa dibuktikan.
Komitmen pengabdian Iriadi dan Agus Syahdeman, sempat diuji, dengan tidak "diloloskan" oleh KPU dan Bawaslu mengikuti Pilkada, dengan alasan kesehatan. Namun, hal itu justru menjadi "promosi" gratis bagi keduanya untuk dikenal lebih dalam oleh masyarakat. Sehingga, keduanya bisa "membuktikan" mampu memimpin Kabupaten Solok dan memiliki fisik yang sehat. Dibuktikan dengan mengikuti seluruh proses kampanye dan turun ke masyarakat secara langsung. Sehingga, masyarakat secara tak sadar, sangat bersimpati kepada keduanya. Bahkan, timbul kekuatan massa untuk membela orang yang dizalimi.
Ketujuh, Iriadi memiliki jaringan yang kuat di level nadional dan provinsi. Hal itu sangat dibutuhkan Kabupaten Solok, sebagai salah satu daerah yang pendapatannya sangat rendah. Kedekatan tersebut, didapat Iriadi saat menjadi birokrat di Pemprov Sumsel. Baik itu dengan kementerian, maupun dari jalur politik.
Capt. Epyardi Asda - Jon Firman Pandu
Paslon Bupati-Wakil Bupati Solok Capt. Epyardi Asda-Jon Firman Pandu menjadi kandidat yang paling berpeluang memenangkan kontestasi. Pasangan yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dengan total 12 kursi dari 35 kursi DPRD Kabupaten Solok tersebut, memiliki berbagai kelebihan dibandingkan kandidat-kandidat lainnya.
Pengalaman sebagai anggota DPR RI tiga periode, atau selama 15 tahun, Epyardi menjadi tokoh sentral di kontestasi Pilkada Kabupaten Solok 2020. Watak dan karakternya yang "keras", berbanding lurus dengan apa yang telah diperbuatnya untuk Kabupaten Solok, dan Sumatera Barat. Dua hal yang melekat di dirinya bagai dua sisi mata uang ini, membuat Epyardi Asda dibenci, sekaligus dicintai oleh masyarakat. Namun, ibarat hukum alam, kebenaran akan mencari jalannya sendiri. Epyardi dengan segala kelebihan dan kekurangannya menjadi magnet yang paling kuat di eskalasi Pilkada Kabupaten Solok 2020.
Meski tidak lagi menjadi Anggota DPR RI, Epyardi Asda, tidak serta merta hilang di peredaran. Titisannya, Athari Gauthi Ardi, melanjutkan kiprahnya di Senayan dengan menjadi Anggota DPR RI asal Sumbar periode 2019-2024. Tentu saja, program-program dalam pokok pikiran (Pokir) DPR RI yang dibutuhkan masyarakat Kabupaten Solok, semasa Epyardi, bisa tetap dilanjutkan oleh Athari. Seperti Bedah Rumah, PISEW, KotaKu, P3A, dan sebagainya.
Sang Calon Wakil Bupati, Jon Firman Pandu, dinilai menjadi sosok yang paling pantas mendampingi Epyardi. Dari sekian banyak kandidat, Epyardi akhirnya memilih JFP menjadi Calon Wakilnya. Jon Firman Pandu, bahkan rela meninggalkan zona nyamannya sebagai Ketua DPRD Kabupaten Solok 2019-2024. Tentu hal ini, sudah dipikirkan dengan matang oleh JFP. Salah satu alasannya, tentu karena berpasangan dengan Epyardi Asda.
Sebagai sosok anak muda energik, Jon Firman Pandu adalah "oase" dari wilayah timur Kabupaten Solok. Sepanjang dunia terkembang, tidak banyak figur dari wilayah timur yang "menjabat" di Kabupaten Solok. Jon Firman Pandu, diharapkan menjadi "pemecah kebuntuan", sehingga, akan banyak lagi lahir tokoh-tokoh dari wilayah timur. Implikasinya, tentu wilayah akan menjadi perhatian. Tidak seperti saat ini, wilayah timur seakan tidak mendapat tempat dan terlupakan. Bahkan, sudah terbentuk adagium bahwa "peta politik" Kabupaten Solok hanya terbagi tiga wilayah. Yakni Solok bagian utara, Solok bagian selatan dan Solok bagian tengah.
Sejumlah alasan kuat membuat masyarakat akan menentukan pilihannya ke Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu di Pilkada Kabupaten Solok 9 Desember 2020.
Pertama, APBD Kabupaten Solok hanya berada di kisaran Rp1,2 triliun dan pendapatan asli daerah (PAD) sekira Rp75 miliar. Akibat pengeluaran dan pemdapatan yang sangat "timpang" ini, Kabupaten Solok butuh energi dari tingkat pusat dan provinsi. Epyardi Asda dengan koneksinya di tingkat pusat, bisa menjawab hal ini.
Kedua, dengan kehidupan Epyardi dan Jon Firman Pandu yang terbilang sangat mapan, keduanya telah berkali-kali menegaskan tidak akan korupsi, namun maju di kontestasi untuk pengabdian.
Ketiga, sebagai kandidat yang berlatar belakang politik dan pengusaha, Epyardi dan Jon Firman Pandu, akan memilih para pegawainya yang cakap bekerja.
Keduanya diyakini bakal mendukung pegawai yang berprestasi dengan peningkatan kapasitas untuk bisa berbakti berbakti ke daerah. Di sisi lain, para pegawai akan merasa terlindungi, sebab dengan karakter yang dimiliki, keduanya akan senantiasa "pasang badan" membela para "pasukannya".
Asda Pandu juga akan memilih pegawai yang memiliki kemampuan mengelola internal untuk membangun Kabupaten Solok. Keduanya tidak akan memandang sikap politik. Sehingga, akan ada budaya baru di kalangan birokrasi Kabupaten Solok. Yakni, para pegawai dan ASN tidak lagi memiliki sikap politik dan bermanuver. Sehingga mereka akan bekerja sesuai tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) di bidangnya masing-masing.
Keempat, Asda-Pandu akan menerapkan skala prioritas dalam pembangunan. Yakni berdasarkan kebutuhan wilayah. Dengan fakta bahwa Kabupaten Solok adalah daerah agraris, Asda-Pandu berulangkali sudah menegaskan bahwa akan mengabdi berdasarkan kebutuhan daerah dan komoditas apa yang cocok di kawasan masing-masing.
Kelima, masyarakat akan memilih pemimpin yang baik. Karena "baik" adalah suatu hal subyektif, Asda-Pandu memiliki nilai lebih dibandingkan kandidat lain. Yakni, senantiasa hadir di masyarakat di kondisi apapun. Baik saat senang maupun susah. Hal itu, terbukti, saat dunia dilanda pandemi virus corona (Covid-19), Asda-Pandu justru hadir lebih dahulu meringankan beban masyarakat. Bahkan, jauh sebelum pemerintah "hadir" memberikan bantuan.
Keenam, sejarah hidup Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu, senantiasa menjafi kisah inspiratif bagi masyarakat Kabupaten Solok. Kisah hidup keduanya membawa karakter kuat, bahwa siapapun bisa menjadi yang terbaik dengan kerja keras. Sesuai dengan jargon mereka, Mambangkik Batang Tarandam, dan menjadikan Kabupaten Solok sebagai Kabupaten Terbaik.
Ketujuh, Epyardi Asda-Jon Firman Pandu bakal memberi kenyamanan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Solok, karena akan menjadi pemerintahan yang kuat. Karakter kuat yang dimiliki keduanya bakal membuat "persaingan" dan upaya tarik-menarik dengan DPRD akan minim. Sehingga, program-program pembangunan akan sangat fokus. Sehingga, efek dari pembangunan, secara kualitas dan kuantitas akan sangat dirasakan oleh masyarakat. Di sisi lain, masyarakat tidak akan lagi memiliki "beban fikiran" dengan politik, dan fokus bekerja dan berkarya sesuai bidangnya masing-masing. (rijal islamy)
Post a Comment