Andre Rosiade Sebut Perusahaan Milik Epyardi Asda Jadi Anak Emas Pelindo II di Pelabuhan Tanjung Priok
JAKARTA - Nama Bupati Solok, Epyardi Asda kembali menjadi trending topic masyarakat Sumbar. Setelah ngamuk di Puskesmas Tanjung Bingkung, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Anggota Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade menyebut Perusahaan Kaluku Maritama Utama (KMU) milik Bupati Solok Epyardi Asda disebut sebagai “anak emas” di Pelindo II dalam Rapat Kerja secara virtual DPR RI Komisi VI bersama Wakil Mentri BUMN, Kartika Wiroatmodjo, Rabu (30/6/2021).Alasan Andre menyebut PT KMU anak emas di Pelindo II dikarenakan lebih mendapatkan tempat di dermaga Pelindo II, dibandingkan anak perusahaan Pelindo II yakni PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP). Disamping itu harga yang dikenakan oleh PT KMU kepada kapal-kapal yang bersandar di dermaga dua kali lipat dibandingkan dermaga PT PTP.
Kemudian Dermaga yang ditempati oleh PT KMU lebih panjang dari PT PTP yakni 600 meter. Sedangkan PT PTP hanya menempati dermaga dengan panjang 450 meter dan menyamping 250 meter.
"Ini yang menarik pak Arif (Dirut Pelindo II-red) dan Pak Tiko (Wamen BUMN II-red), dari beberapa Perusahaan Bongkar Muat (PBM-red) yang ada di Pelindo II. Ada salah satu PBM yang mendominasi namanya PT KMU, Dirut dan pemiliknya Epiyardi Asda," sebut Andre dalam rapat Virtual.
Disinggung Andre, kontrak yang dikantongi oleh PT KMU ini perlu dipertanyakan. Apakah mendapatkan dermaga tersebut melalui tender atau tidak.
"Ini kontrak, Dirutnya (Epiyardi Asda-red) menandatangani Desember 2014. Saat beliau masih duduk menjadi anggota DPR RI komisi V. Ini dapatnya pakai tender atau tidak pak. Atau main tunjuk-tunjuk saja?," sebut Andre.
Lalu kontrak tersebut didengar Andre juga sudah diperpanjang tahun 2019 dan tahun 2020. Kemudian, sejak tanggal 28 Juni hingga 4 Juli, di dermaga PT KMU hanya dua kapal yang bersandar. Berbanding jauh dengan dermaga milik PT PTP yang berjumlah 20 kapal.
"Dari data kami, di dermaga milik PT KMU hanya dua kapal yang bersandar. Sedangkan dermaga Milik PT PTP ada 20 kapal. Kenapa hanya dua kapal?. Karena tarif per ton Rp 22.500. Dua kali lipat dari dermaga milik PT PTP yang hanya Rp 11.000 per ton," kata Andre lagi.
Dengan begitu, wajar rasanya bagi Andre masih ada kapal yang masih lama antri untuk bongkar muat. Karena menumpuk di satu tempat. Kejadian seperti ini, menghambat pendapatan negara.
"Jadi pak Tiko dan Pak Arif, mohon dicatat. Praktek seperti ini yang membuat pendapatan negara terhambat. Kapal-kapal menumpuk di dermaga PT PTP karena di PT KMU tarifnya mahal. Dua kali lipat. Jadi tidak sesuai dengan ke ingin presiden Jokowi untuk meminimalisir waiting time kapal," kata Andre lagi.
Di penghujung rapat, Andre meminta kepada Dirut Pelindo II dan Wamen II BUMN agar menertibkan kontrak-kontrak yang dirasa bermasalah dan merugikan negara. (*/PN-001)
Sumber: covesia.com
Post a Comment