PBS Group Tanam Perdana 40 Ribu Bibit Porang di Lahan Percontohan Saok Laweh, Kabupaten Solok
SOLOK - PT Porang Bumi Sumatera dan PT Pancadarma Bumi Solokindo dari PBS Group bekerja sama dengan PT Bandung Eco Sinergi Teknologi (BEST) melaksanakan penanaman perdana 40 ribu bibit tanaman porang pada lahan percontohan di Sawah Talang, Jorong Bungo Tanjung, Nagari Saok Laweh, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Selasa (12/10/2021). Bibit yang ditanam terdiri dari tiga jenis, yakni bibit umbi, bibit katak dan bibit spora.Hadir dalam kegiatan tersebut, Kasi Kacang dan Umbi-umbian Dinas Pertanian Sumbar Masniati, Anggota DPRD Sumbar Dr. Hardinalis Kobal, SE, MM, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Si Is, Anggota DPRD Kabupaten Solok M Hidayat, B.Sc, Perwakilan PT BEST, Direktur Utama PT Porang Bumi Sumatera dan Direktur Operasional PT Pancadarma Bumi Solokindo Tambili Oktavian, Komisaris Utama PT Pancadarma Bumi Solokindo Darmansyah, Ketua Badan Perwakilan Nagari (BPN) Saok Laweh Salvesra Indra Jaya, serta anggota komunitas petani porang Kabupaten Solok.
Kasi Kacang dan Umbi-umbian Dinas Pertanian Sumbar, Masniati, mengharapkan kegiatan penanaman perdana ini bisa menjadi motivasi bagi masyarakat menanam porang. Terutama memanfaat lahan tidur yang masih banyak di Sumbar. Namun, Masniati mengharapkan masyarakat untuk tidak mengalihfungsikan lahan produktif bertanam porang. Sebab, masa panen porang cukup lama dan tidak membutuhkan lahan khusus. Bahkan, porang bisa ditumpangsarikan dengan komoditas lain."Porang adalah tanaman yang sangat luar biasa, dan dapat tumbuh dengan baik di berbagai kondisi lahan. Bahkan, porang bisa ditumpangsarikan dengan komoditas pertanian lainnya, seperti jagung, sereh wangi, jahe, cabe dan sebagainya. Tapi, perlu diingat, masa panen porang cukup lama, sekira satu tahun baru bisa panen. Jadi, jangan pernah mengganti lahan sawah atau lahan produktif untuk menanam porang. Seperti istilah di petani penggiat porang, bahwa porang tidak bisa untuk beli beras, tapi bisa untuk beli mobil," ungkapnya.
Masniati juga menegaskan, sebagai komoditas yang sedang "booming saat ini, porang di Sumbar sangat beruntung dengan telah dibukanya pabrik pengolahan porang yakni PT Porang Bumi Sumatera (PBS) di Nagari Saok Laweh, Kabupaten Solok. Sebab, selama ini komoditas pertanian yang digerakkan oleh pemerintah, seringkali terbentur saat dipanen. Yakni, terbentur pada penampungan hasil panen. Hal itu menurutnya telah berkali-kali terjadi pada sejumlah komoditas seperti jahe gajah, kapulaga, bahkan sereh wangi. Petani tidak tahu kemana komoditas tersebut akan dijual dengan harga layak.
"Alhamdulillah. PT PBS bersedia membuat pabrik pengolahan porang pertama di Pulau Sumatera di Nagari Saok Laweh, Kabupaten Solok. Sehingga, ada tempat bagi petani porang bisa menjual hasil panennya. Apalagi, komoditas porang bukan komoditas pertanian yang bisa dikonsumsi langsung oleh masyarakat. Kami juga berharap, PT PBS dengan sejumlah perusahaan mitranya, bisa berorientasi pada pembibitan. Sehingga, ketersedian bibit yang bersertifikasi dapat dipenuhi," ujarnya.
Anggota DPRD Sumbar dari Dapil VII Solok Raya (Kota Solok, Kabupaten Solok, Solok Selatan) Dr. Hardinalis Kobal, SE, MM, mengaku dari awal sama sekali tidak respek dengan tanaman porang. Legislator dari Partai Golkar tersebut menegaskan, dirinya baru mengenal porang sebagai komoditas pertanian unggulan, dari pemberitaan di media massa dan saat bertemu dengan masyarakat petani. Ternyata, menurut mantan Ketua DPRD Kabupaten Solok tersebut, komoditas porang sangat menjanjikan, apalagi dengan telah dibukanya pabrik pengolahan porang di Nagari Saok Laweh."Jujur saya katakan, awalnya saya sama sekali tidak respek dengan porang ini. Tapi setelah mendalami dan beriteraksi dengan petani di Solok Raya, ternyata saya baru menyadari bahwa prospek porang ini sangat menjanjikan dan akan menjadi alternatif bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Alhamdulillah, dengan telah beroperasinya pabrik porang dan lahan percontohan di Nagari Saok Laweh ini, masyarakat bisa menjadikan porang sebagai komoditas andalan. Yakni mampu menyerap tenaga kerja dan ekonomi alternatif bagi masyarakat," ungkapnya.
Hardinalis Kobal juga mengharapkan PT PBS Group bisa mengayomi masyarakat petani penggiat porang. Baik dalam pemasaran maupun dari prosedur penanaman, perawatan dan penanganan pasca panen komoditas porang. Serta, memberikan edukasi bagi masyarakat terkait agrobisnis. Semisal, menjadikan daerah sekitar pabrik dan Kabupaten Solok sebagai sentra pembibitan di Pulau Sumatera.
"Salah satu upayanya adalah dengan menjadikan lahan tidur masyarakat semacam pertanian inti plasma. Sehingga, Nagari Saok Laweh dan Kabupaten Solok, bahkan Sumbar bisa menjadi sentra porang di Sumatera, bahkan di Indonesia. Baik dari segi produksi komoditas porang, maupun dari segi pembibitan," harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Si Is, menegaskan bahwa Pemkab Solok sangat antusias dan mendukung perkembangan porang di Kabupaten Solok. Si Is menyebut, Bupati Solok Capt. Epyardi Asda, M.Mar, sangat kagum dengan keberanian petani penggiat porang di Kabupaten Solok dalam mengembangkan komoditas porang ini. Apalagi dengan adanya PT PBS Group yang membuka pabrik pengolahan porang di Nagari Saok Laweh."Salam hangat dari bapak Bupati Epyardi Asda. Beliau sangat antusias dengan perkembangan porang di Nagari Saok Laweh dan Kabupaten Solok saat ini. Hal ini sangat sejalan dengan visi "Mambangkik Batang Tarandam, Menjadikan Kabupaten Solok Terbaik di Sumbar" yang senantiasa beliau ungkapkan di berbagai kesempatan. Yakni menumbuhkan semangat inovasi dan kreativitas masyarakat dalam bidang perekonomian. Pemkab Solok, terutama Dinas Pertanian, siap dan mendukung penuh hal ini," ujarnya.
Direktur Utama PT Porang Bumi Sumatera dan Direktur Operasional PT Pancadarma Bumi Solokindo Tambili Oktavian, didampingi Komisaris Utama PT Pancadarma Bumi Solokindo Darmansyah, mengaku sangat berharap kemitraan dengan PT BEST dalam penanaman perdana porang ini, bisa semakin menggairahkan pertanian porang di Kabupaten Solok dan Sumbar. Menurut mereka, sebagai komoditas yang menjadi bahan baku di industri hilir dan komoditas ekspor, kebutuhan umbi porang sangat tinggi. Sehingga, prospek porang di Kabupaten Solok dan Sumbar dengan provinsi lainnya di Sumatera sangat menjanjikan.
"Pabrik PT PBS Group saat ini sudah menerima pembelian umbi porang dari masyarakat. Umbi ini kemudian dibersihkankan, disortir, dipotong-potong dan dioven hingga menjadi chips porang. Kemudian, dikirim ke pabrik pengolahan di Pulau Jawa, yang kemudian dijadikan tepung porang dan diekspor ke berbagai negara di Asia Timur, Eropa, hingga Amerika. Ke depan, kita menargetkan bisa mengekspor chips porang ke sejumlah negara secara langsung tanpa melalui Pulau Jawa, atau mengembangkan pabrik pengolahan tepung porang di sini. Tentu, sebelumnya kita harus bisa terlebih dahulu menjamin ketersediaan bahan baku," ungkap Darmansyah.
Tambili Oktavian menambahkan, pihaknya saat ini sedang fokus pada pembibitan dan operasional pabrik PT PBS Group. Serta memberikan edukasi ke masyarakat tentang penanaman, pemeliharaan dan perawatan tanaman porang. Sehingga, masyarakat dan petani penggiat porang bisa menanam komoditas ini dengan baik agar menghasilkan umbi yang berkualitas ekspor.Tambili menyatakan, satu hektare lahan bisa ditanami sekitar 40 ribu bibit porang, dengan jarak tanam 30 centimeter antar batang. Dengan asumsi paling rendah satu batang porang menghasilkan 1 kilogram umbi, dengan harga perkilogram sebesar Rp11.400, peluang bisnis porang memang sangat menjanjikan. Selain umbi, porang juga menghasilkan buah dan spora. Satu batang porang dalam satu tahun bisa menghasilkan 250 gram buah berharga Rp 310 ribu, dan di umur 1,5 tahun, keluar biji spora yang perkilogramnya dihargai Rp 1,5 juta. Apalagi, untuk perawatan tanaman sejak penanaman hingga panen, terbilang sangat mudah dan biaya sangat rendah. Pemupukan hanya memakai pupuk organik cair, atau pupuk kandang saja.
"Jika dari hitung-hitungan, peluangnya memang sangat menjanjikan. Dengan 40 ribu batang, setidaknya hasil yang bisa didapatkan petani sekitar Rp450 juta pertahun. Itupun dengan asumsi, satu batang menghasilkan 1 kilogram umbi saja. Belum lagi hasil yang didapat dari buah dan spora. Tapi, kami tidak mau menjual mimpi dan angan-angan seperti itu. Minimal, kami di P3N Kabupaten Solok dan Kota Solok, terlebih dahulu ingin bagaimana Kabupaten Solok dan Kota Solok menjadi sentra porang, sekaligus membuat lahan tidur menjadi produktif," ungkapnya.
Tambili juga menyatakan bahwa untuk pemasaran dan penanganan pasca panen, tanaman porang sangat terjaga. Sebab, tidak ada batas waktu untuk panen. Sehingga, petani tidak harus memanen porang di saat stok sedang banyak ataupun terjadi fluktuasi harga. Panen bisa dilakukan kapan saja, terserah petani. Tidak seperti umbi-umbian lain, yang harus dipanen setelah masa puncak, porang tidak memiliki masa malapeh (kedaluarsa). Bahkan, semakin lama, kualitas umbi porang semakin baik.Selain umbi, nilai ekonomi porang semakin berlipat saat menjadi bahan setengah jadi. Yakni tepung porang kualitas ekspor berharga Rp250 ribu perkilogram. Sementara, irisan/potongan umbi yang biasa disebut chip, berharga Rp55 ribu perkilogram.
Sebagai komoditas umbi-umbian yang sedang booming di masyarakat. Umbi porang sangat berbeda dengan umbi-umbian lainnya. Yakni terdapat kandungan glucomannan dan oksalat. Gizi tinggi yang terkandung di dalam umbi porang, ternyata rendah gula. Hingga terkenal hingga ke Negeri Sakura, Jepang, sebagai bahan utama membuat shirataki. Glucomannan adalah serat alami yang dapat larut di air. Bahan ini biasa dijadikan pengental dan emulsifier. Di dunia kuliner, glucomannan dipakai untuk aditif makanan.
Tanaman porang tumbuh di jenis tanah apa saja mulai dari ketinggian 0 mpdl hingga 700 mdpl. Porang bisa dibudidayakan di hutan di bawah naungan tegakan pohon dan tanaman lain. Untuk membudidayakannya, bibit tanaman ini dari potongan umbi batang. Juga bisa mengambilnya dari umbi yang telah memiliki titik tumbuh. Bisa juga diambil dari umbi katak atau bubil yang ditanam langsung. Kemudian dari buah dan biji spora.Porang memiliki ciri-ciri yang sangat jelas sekali berbeda dengan tumbuhan umbi lainnya. Tumbuhan herbal ini memiliki batang yang tegak dan lunak. Tumbuhan ini memiliki batang halus berwarna, seperti hijau atau hitam. Di batang halus itu juga terdapat totol-totol putih. Di Indonesia sendiri tanaman porang ini memiliki nama-nama yang berbeda yang disesuaikan dengan daerah asalnya. (PN-001)
Post a Comment