Dodi Hendra: Siapa yang Dajjal Sebenarnya
"Jangan Ada Negara di dalam Negara, Jangan Ada Rumah di dalam Rumah"
SOLOK - Ketua DPRD Kabupaten Solok Dodi Hendra mengomentari pernyataan Bupati Solok Capt. Epyardi Asda, M.Mar, yang menyebut ada dajjal di Kabupaten Solok. Pernyataan Epyardi usai melantik 133 pejabat eselon III dan eselon IV di eks Kompleks Kantor Bupati Solok, Kotobaru, Jumat (29/10/2021), menurut Dodi telah membuat sejumlah pihak tersinggung. Dodi mengatakan, sebagai Anggota DPRD yang merupakan perwakilan rakyat di Kabupaten Solok, dirinya ikut tersinggung dengan komentar Epyardi Asda, bahwa ada rakyat Kabupaten Solok yang disebut sebagai dajjal.
"Saya ikut tersinggung dengan komentar Bupati. Bahwa ada masyarakat Kabupaten Solok yang disebut dajjal. Siapa yang dajjal sebenarnya, siapa orangnya. Jangan asal ngomong. Kita orang Minang ini, apalagi orang Solok, dikenal dengan sopan santun, etika, agama, dan adat. Kabupaten Solok itu dikenal orangnya elok-elok. Menjunjung tinggi agama dan adat. Bupati adalah pemerintahan di Kabupaten Solok yang fungsinya memberikan pelayanan ke masyarakat. Bupati bukan tukang hardik-hardik. Anak kecil aja kalau dihardik, bisa balik menghardik kita. Apalagi mereka (para ASN) yang sudah tua-tua, nanti dosa lho," ungkapnya.
Dodi mengimbau semua pihak agar memakai etika yang baik dalam bicara, beretika birokrasi. Menurutnya, semuanya ada etikanya, bukan malah marah-marah atau mengancam.
"Saat Bupati berbicara pada pelantikan, semua yang hadir itu ASN. Mereka harus dibina. Ada tata cara pembinaan organisasi. Tak pula harus di depan forum ngomong dajjal. Jangan sampai ditiru anak cucu ke depan. Kita punya tokoh-tokoh sentral, tokoh disegani, disayang, dan dihormati. Mari saling menjaga," ungkapnya.
Dodi menantang Epyardi menunjukkan, kalau memang ada Dajal di Kabupaten Solok, dia akan menyerang dan menghabisinya. Dia meminta Epyardi menunjukkan siapa dan dimana Dajal itu dan akan ditumpas bersama-sama.
"Kalau memang ada dajjal di Kabupaten Solok yang mengganggu Bupati atau siapa saja, kami siap menumpasnya. Karena, Bupati Solok mendapat dukungan dari Partai Gerindra. Pada Pilkada 2020 lalu, kami tanpa dibayar, bekerja memenangkan Asda-Pandu (Epyardi Asda-Jon Firman Pandu). Kami mengeluarkan tenaga kami. Karena untuk kepentingan masyarakat Kabupaten Solok. Kalau Bupati bekerja sesuai aturan, sesuai mekanisme, beretika politik, beretika birokrasi, kami mendukung. Kami mengawal. Tapi kalau tak sesuai atau salah regulasinya, kami yang mengingatkan," katanya.
Yang namanya manusia, kata Dodi Hendra, harus saling mengingatkan. Karena kalau tak bisa diingatkan ya sama dengan binatang.
"Kalau masih manusia, harusnya bisa diingatkan, tak perlu dikeraskan. Kalau tak bisa diingatkan lagi, itu sama saja dengan binatang, harus pakai kekerasan," kata Dodi Hendra yang merasa yakin, tidak ada dajjal di Kabupaten Solok.
Dodi juga menyinggung pakaian yang berbeda saat para kepala OPD dilantik oleh Bupati Epyardi Asda. Yakni tidak memakan seragam ASN berwarna krem, ataupun stelan jas, tapi memakai pakaian tactical berwarna hitam.
"Kalau masalah baju baru dan lain-lain, mungkin Bupati punya tujuan yang baik. Meski belum disebutkan untuk apa. Intinya, ikuti regulasi dan aturan yang ada. Jangan ada negara di dalam negara, jangan ada rumah di dalam rumah," ujarnya. (PN-001)
Post a Comment