2 Tahun Asda-Pandu, "Basilunjua" sebagai Puncak Antipati
2 Tahun Asda-Pandu, "Basilunjua" sebagai Puncak Antipati16 Janji Kampanye, hanya 4 yang Terwujud
Karakter keras dan tindakan-tindakan viral Epyardi Asda ditanggapi dengan antipati oleh berbagai elemen masyarakat di Kabupaten Solok. Epyardi dibiarkan berjalan sendiri dan sesuka hati. Tidak dibantu, namun juga tak diganggu. Masyarakat, legislator, bahkan para tokoh masyarakat, seakan basilunjua alias berlepas tangan dan hanya menunggu berakhirnya kepemimpinan Epyardi Asda - Jon Firman Pandu pada 2024.
Laporan RIJAL ISLAMY, Solok
Tepat hari ini, tanggal 26 April 2023, pasangan Bupati dan Wakil Bupati Solok Capt. H. Epyardi Asda, M.Mar dan Jon Firman Pandu, SH, memperingati 2 tahun kepemimpinannya di Kabupaten Solok. Meski terpilih bersama 12 kepala daerah lainnya di Sumbar pada 9 Desember 2020, namun bersama Bupati-Wakil Bupati Solok Selatan Khairunnas-Yulian Efi, baru dilantik pada 26 April 2021. Sementara 11 kepala daerah lainnya dilantik pada 26 Februari 2021. Penyebabnya, Asda-Pandu harus melewati dulu rangkaian sidang di Mahkamah Konstitusi (MK RI), setelah ada dugaan pelanggaran berujung sengketa Pilkada 2020.
Asda-Pandu ditetapkan menjadi pemenang Pilkada Kabupaten Solok dengan meraih 59.625 suara. Unggul atas Paslon 01, Nofi Candra-Yulfadri Nurdin yang meraih 58.811 suara. Paslon nomor urut 03, Desra Ediwan Anantanur-Adli memperoleh 28.490 suara. Sementara, Paslon nomor urut 04, Iriadi-Agus Syahdeman meraih 22.048 suara. MK kemudian memutuskan bahwa Asda-Pandu memenangkan Pilkada Kabupaten Solok dengan putusan Nomor 77/PHP.BUP-XIX/2021, tanggal 22 Maret 2021.
Usai dilantik menjadi Bupati-Wakil Bupati Solok, Epyardi Asda maupun Jon Firman Pandu langsung dihadapkan pada kenyataan, bahwa meski sudah menjadi kepala daerah, keduanya tidak serta merta bisa mengatur segala sesuatunya terkait pemerintahan. Justru, friksi (gesekan) yang akhirnya terus menguat dan membuat rakyat Kabupaten Solok yang menjadi korban. Selain itu, dua poros yang berseteru, yakni poros partai koalisi dan poros oposisi, sama-sama terluka dan tercabik.
Anehnya, meski diusung oleh dua partai pemenang Pileg 2019, Partai Gerindra dan Partai Amanat Nasional (PAN), resistensi dan embrio oposisi pemerintahan justru berasal dari Partai Gerindra yang diketuai oleh Wabup Jon Firman Pandu, SH. Partai Gerindra "menggandeng" Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang kini dipimpin oleh Dr. Dendi, S.Ag, MA ke gerbong oposisi. Sejatinya, PPP adalah asal-muasal Epyardi Asda terjun ke politik dan sempat memimpin PPP Sumbar. Di partai berlambang Ka'bah itu, Epyardi Asda tiga periode menjadi Anggota DPR RI (2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2018).
Sementara, partai-partai parlemen lainnya yang menjadi oposisi di Pilkada 2020 justru menjadi koalisi Epyardi yang dipimpin oleh PAN. Mereka adalah Partai Demokrat, PDI Perjuangan dan Partai Hanura yang mengusung H. Iriadi Dt Tumanggung-Agus Syahdeman. Kemudian Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengusung Desra Ediwan Anantanur-Adli. Sementara, NasDem yang bersama PPP mengusung Nofi Candra-Yulfadri Nurdin, meninggalkan PPP dan bergabung belakangan dengan koalisi.
Viral dengan Polemik
Dua tahun kepemimpinan Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu, diisi dengan kabar dan tindakan-tindakan viral. Hal itu bahkan sudah dimulai sebelum Pilkada Kabupaten Solok 9 Desember 2020. Berikut deretan tindakan Epyardi Asda yang menjadi kabar viral, hingga ke level nasional.
30 April 2020, Mengamuk Saat Bagi Sembako di Sirukam
Epyardi Asda mengamuk ke petugas Satpol PP Kabupaten Solok dan petugas Polres Solok saat membagikan Sembako di Jorong Gantiang, Nagari Sirukam, Kecamatan Payung Sekaki. Politisi PAN itu, dianggap melanggar aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena membuat kerumunan massa.
"Saya catat nama Anda. Insyallah, jika saya jadi Bupati, orang seperti Anda tidak akan ada lagi di tempat saya! Saya yang membuat Undang-undangnya. 15 tahun saya jadi Anggota DPR RI, saya wakil rakyat yang sah. Jangan orang kampung ditakuti, saya pembela rakyat. Tidak ada aturan yang saya langgar," bentak Epyardi di hadapan polisi dan Satpol PP. https://www.gatra.com/news-477616-politik-ditegur-saat-psbb-calon-bupati-solok-mengamuk-ancam-petugas.html
Sabtu, 14 Juni 2021, Mengamuk di Puskesmas Tanjung Bingkung
Epyardi Asda meradang saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Puskesmas Tanjung Bingkung, Kecamatan Kubung, Sabtu (12/6/2021). Epyardi mengamuk karena mendapat laporan dari seseorang yang diduga tim suksesnya yang keluarganya mengalami kecelakaan sehari sebelumnya. Kepala Puskesmas Tanjung Bingkung, Yuliarni, yang belakangan diketahui adalah Ibu kandung dari politisi Partai Golkar Vivi Yulistia Rahayu dan istri dari Kadis Pertanian Pemkab Solok Ir. Si Is, menjadi sasaran kemarahan Epyardi Asda. Belakangan, Vivi Yulistia Rahayu menjadi Ketua Badan Kehormatan (BK) DPRD Kabupaten Solok, sementara Si Is turun eselon dari eselon II ke eselon III dan sempat menjadi Camat.
Buntut dari mengamuknya Epyardi itu, Yuliarni bersama Kepala TU dan seorang dokter, dimutasi ke daerah pelosok. Yakni di Kecamatan Pantai Cermin, Hiliran Gumanti dan X Koto Singkarak.
"Ada tiga orang yang kita mutasi, yaitu kepala puskesmas, kepala tata usaha, dan satu dokter. Ketiganya dimutasi ke Pantai Cermin, Hiliran Gumanti, dan X Koto Singkarak. Lokasinya jauh di pelosok. Ini sebagai efek jera kepada mereka. Untuk gantinya, sementara kita kirim dari Dinas Kesehatan," beber Epyardi saat dihubungi Kompas.com. https://www.kompas.com/regional/read/2021/06/18/063500978/buntut-diamuk-bupati-solok-3-pimpinan-puskesmas-dimutasi-ke-pelosok-petugas
Jumat, 24 September 2021, Mengamuk di DPRD Kabupaten Solok
Epyardi Asda kembali mengamuk! Kali ini di gedung DPRD Kabupaten Solok, saat sidang paripurna pengesahan APBD Perubahan 2021, Jumat (24/9/2021). Sasaran amukan Epyardi Asda adalah Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dr. Dendi, S.Ag, MA. Insiden itu menyebabkan pengesahan APBD ditunda. Bahkan APBD Perubahan disahkan pada malam hari oleh kubu koalisi ditambah Fraksi NasDem yang "berbalik arah" dari oposisi menjadi koalisi. Pengesahan dilakukan tanpa kehadiran dan persetujuan dari Ketua DPRD dari Partai Gerindra Dodi Hendra dan sejumlah Anggota DPRD Kabupaten Solok. https://www.detik.com/berita/d-5739064/bupati-solok-sumbar-ngamuk-sidang-paripurna-dprd-ditunda/
Kamis, 10 Oktober 2022, Mengamuk di Pabrik Aqua Solok
Setelah cukup lama "diam", Epyardi Asda kembali mengamuk! Kali ini, ayah dari Anggota DPR RI Athari Gauthi Ardi tersebut, tidak mengamuk di masyarakat, instansi atau di kantor mitra kerjanya. Epyardi kali ini mengamuk di Kantor PT Tirta Investama atau Pabrik Aqua Solok pada Kamis, (10/11/2022). Pemicu Epyardi mengamuk cukup menggelikan, yakni karena dirinya disuruh jalan kaki dari gerbang Pabrik Aqua ke kantor pabrik tersebut, yang membuat napasnya sesak. Dalam videonya, Epyardi bahkan mengeluarkan kata-kata yang menyerang manajemen Aqua Solok dan Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah.
"Bupati disuruh jalan kaki. Bupati saja tidak dihargai. Perusahaan ini merasa paling hebat di dunia. Anda berada di kampung saya dan kewenangan gubernur tidak ada di sini. Kalau Anda berlindung saya jamin. Gubernur pun datang ke daerah saya, saya usir gubernurnya. Biar Anda tahu siapa saya," ucap Epyardi dengan napas sesak. https://regional.kompas.com/read/2022/11/11/200254878/penyebab-bupati-solok-ngamuk-di-kantor-aqua-dikritik-dprd-dan-begini?page=all#page2.
Kamis, 7 April 2023, Mengancam Memutus Air Bersih ke Kota Solok
Setelah tidak mendapat "lawan" dari aparatur Pemkab Solok, Puskesmas, DPRD Kabupaten Solok, Wakil Bupati Solok Jon Firman Pandu, Pabrik Aqua Solok, hingga Gubernur Sumbar, Epyardi Asda kembali membuat komentar yang menuai polemik. Kali ini, sasarannya adalah daerah tetangga, Kota Solok, dengan mengancam akan akan memutus pasokan air bersih untuk masyarakat Kota Solok yang sumber airnya berasal dari Kabupaten Solok.
"Rasanya kami sudah cukup sabar. Kami akan kembali membuat surat untuk Kota Solok untuk dapat melunasi. Jika masih tidak ada tanggapan dan tidak melunasi, maka kami tidak akan segan-segan untuk menutup sumber mata air tersebut untuk Kota Solok," katanya.
Pernyataan Epyardi tersebut, mendapat balasan Anggota DPRD Kota Solok dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Leo Murphy, SH, MH. Politisi yang akrab disapa "Bung Kecil" itu, menyayangkan sikap Epyardi Asda dan mengancam balik akan menutup akses ke Kota Solok bagi Epyardi jika tetap memutus akses air bersih yang merupakan hajat hidup orang banyak. Namun, tanggapan ini membuat Leo Murphy "dikeroyok" oleh orang-orang di lingkaran Epyardi Asda, dengan membuat sejumlah video balasan. Yakni dari sejumlah Anggota DPRD Kabupaten Solok dan beberapa Walinagari di Kabupaten Solok agar mencabut pernyataannya.
Menanggapi polemik ini, Leo Murphy menegaskan dirinya tak pernah takut dengan "ancaman" terhadapnya dari orang-orang yang berasal dari "lingkaran" Bupati Solok, Capt. Epyardi Asda, M.Mar. Leo Murphy bahkan meminta Epyardi Asda untuk "keluar dari persembunyian" dan bersikap kesatria. Bukan seperti saat ini, dengan mengerahkan para walinagari, Anggota DPRD dan para fungsionaris partainya, membuat video dan tulisan-tulisan agar dia mencabut pernyataannya.
"Saya tegaskan, bahwa saya tidak akan pernah mencabut pernyataan yang pernah saya katakan. Apapun konsekuensinya! Saya meminta beliau untuk 'keluar dari persembunyian' dan tidak berlindung dari orang-orang di 'lingkarannya'. Saya siap, bahkan sangat siap, untuk berdebat, berdiskusi dan berargumen. Baik di media online, media sosial, bahkan dengan bertatap muka secara langsung. Kita ini orang merdeka, tidak takut dan tak perlu diancam," tegasnya, Rabu malam (12/4/2023). https://www.patronnews.co.id/2023/04/bung-begal-versus-pengancam-rakyat-yang.html?m=1
Solok yang Egaliter
Meski viral dengan polemik, sosok Epyardi Asda, tetap dianggap sebagai cerminan identitas Solok Raya (Kabupaten Solok, Kota Solok, Solok Selatan) yang terkenal egaliter. Salah seorang tokoh masyarakat yang minta namanya tidak dipublikasikan, mengatakan bahwa dari tiga kepala daerah di Solok Raya (Epyardi Asda - Jon Firman Pandu di Kabupaten Solok, Zul Elfian Umar - Ramadhani Kirana Putra di Kota Solok dan Khairunnas - Yulian Efi di Kabupaten Solok Selatan), Epyardi Asda memiliki karakter kuat yang menjadi refleksi dari dogma Solok yang egaliter.
"Tanpa mengenyampingkan rekam jejak para kepala daerah lainnya yang sama-sama luar biasa, tapi harus diakui bahwa Epyardi Asda adalah refleksi paling kuat terhadap karakter egaliter Solok. Namun, hal itu kini justru menjadi celah negatif bagi Epyardi karena beliau tidak didukung oleh tim kerja yang mumpuni dari struktur birokrasi. Sehingga, yang tampil adalah sosok beliau yang arogan, pemarah, dan suka melabrak aturan dan tatanan yang ada," ujarnya.
Menurutnya, di Kota Solok, Zul Elfian yang berlatar belakang birokrat, mampu menjaga situasi pemerintahan dan birokrasinya. Hal yang sama menurutnya, juga terjadi di Solok Selatan. Khairunnas menggandeng Yulian Efi sebagai Wakil Bupati, yang sebelumnya adalah Sekretaris Daerah (Sekda) Solok Selatan. Sementara, di Kabupaten Solok, baik Epyardi maupun Jon Firman Pandu, sama-sama berlatar belakang politikus. Namun, tidak didukung oleh aparatur mumpuni untuk menerjemahkan itikad dan niat tulus Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu.
"Sekretaris Daerah (Sekda) Medison, S.Sos, M.Si, adalah orang yang paling harus bertanggung jawab terhadap kondisi saat ini. Epyardi Asda telah menurunkan egonya dan bermurah hati menunjuk Medison sebagai Sekda, meskipun sangat tahu bahwa Medison bukan bagian dari 'tim sukses' dari kalangan ASN di kampanye Pilkada Kabupaten Solok 2020 lalu. Mestinya Medison tahu diri, dan menunjukkan kinerja terbaik untuk membantu Epyardi di sisi birokrasi. Karena dia adalah 'Panglima' seluruh ASN di Kabupaten Solok," ujarnya.
Menurutnya, yang terjadi di Kabupaten Solok saat ini, kepemimpinan Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu adalah kepemimpinan yang penuh dengan polemik, penuh dengan kabar viral hingga ke tingkat nasional. Epyardi tergiring konflik dengan berbagai elemen. Seperti dengan Wakil Bupati yang kini "memilih" sibuk dengan dunia maya, dengan Ketua DPRD Kabupaten Solok, dengan Anggota DPR RI, dengan perusahaan Aqua Solok, bahkan dengan Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah. Di sisi lain, kehidupan masyarakat yang semakin sulit, yang diperberat oleh pandemi Covid-19, membuat rakyat jelata harus mengulum tangis.
"Epyardi Asda telah membuktikan bahwa prinsip egaliter dan kerja kerasnya mampu mengubah hidupnya menjadi sukses. Mestinya ini menginspirasi seluruh masyarakat Kabupaten Solok. Namun, harus didukung oleh aparatur birokrasi, untuk menerjemahkan keinginan dan niat tulusnya membangun dan mengabdikan dirinya untuk Kabupaten Solok. Bukan seperti saat ini, Bupati Solok yang terjebak dengan seremonial. Membuka acara, meresmikan ini itu, hadir di berbagai kegiatan, lalu kembali viral dengan polemik. Sementara, kehidupan masyarakat semakin sulit. Janji-janji kampanye dan tindakan-tindakan viral yang dilakukan, hasilnya tetap tak jelas," ungkapnya.
Realisasi Janji Kampanye
Nyaris memasuki dua tahun kepemimpinan Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu, sejumlah elemen di Kabupaten Solok juga memberikan penilaian atas kinerja dan capaian Asda-Pandu. Setidaknya, ada sekitar 16 janji politik yang menjadi bahan kampanye Asda-Pandu di Pilkada 2020. Yakni: satu kecamatan satu ekskavator, satu kecamatan satu produk unggulan, bantuan rumah layak huni, pembangunan pabrik saus cabe dan tomat, bantuan bibit unggul, penyediaan pupuk bersubsidi, pembangunan sentra pertanian dan perdagangan terpadu, penyediaan lampu jalan ke surau dan mushala, beasiswa bagi siswa dan mahasiswa tidak mampu, kemandirian lembaga adat dan agama, penempatan ASN sesuai kompetensi, sanitasi padat karya, pencegahan stunting, penyerapan tenaga kerja, pembentukan BUMD dan pemberdayaan BUMNag, membentuk program siaga bencana nagari.
Hafni Hafiz: 16 Janji Kampanye, hanya 4 yang Terwujud
Ketua Fraksi Gerindra Kabupaten Solok Hafni Hafiz, A.Md menyebutkan dari 16 janji politik yang disampaikan tersebut, baru empat yang terwujud. Yakni pencegahan stunting, bantuan rumah layak huni, bantuan bibit unggul, dan pembelian ekskavator. Meski belum tuntas 100 persen, Hafni Hafiz juga mengaku gamang dan pesimistis hal itu akan tercapai.
"Dari visi yang terbingkai dalam RPJMD yang coba saya selaraskan dengan waktu yang tersisa, maka muncul sikap gamang dan pesimistis program ini akan tercapai. Saya berharap ada upaya kongkret dari pemerintah daerah untuk merealisasi janjinya. Harus diakselerasi melalui APBD Provinsi dan APBN, jika hanya bertumpu pada APBD, saya pesimistis," ujarnya.
Hafni Hafiz juga meminta Epyardi Asda memperbaiki hubungan komunikasinya dengan Wabup Jon Firman Pandu. Kemudian dengan pemerintah provinsi (Gubernur Sumbar), tokoh-tokoh Kabupaten Solok, Anggota DPR RI dan elemen masyarakat lainnya. Hafni Hafiz juga mengaku belum melihat dampak yang signifikan terhadap keberadaan Solok Super Team.
"Tak mungkin bupati bisa bekerja sendiri atau timnya saja. Harus melibatkan semua elemen berdasarkan kompetensinya masing-masing. Maka, segera perbaiki hubungan provinsi dengan daerah. Akses daerah dengan pusat mesti diperkuat dan dipertajam. Libatkan tokoh-tokoh Kabupaten Solok, mantan-mantan bupati, anggota DPR RI, DPRD Provinsi. Mari bangun sinergisitas yang apik. Selama ini, apa yang dicanangkan oleh kepala daerah tentang SST (Solok Super Team), belum melihatkan dampak yang signifikan di tataran hasil. Namun, untuk hal-halan yang sudah dikerjakan saya mengapresiasi. Terutama terkait pembangunan yang kini merata di seluruh nagari di Kabupaten Solok," ujarnya.
Dendi: Capaian Sangat Jauh dari Harapan
Ketua Fraksi PPP DPRD Kabupaten Solok yang juga Ketua DPC PPP Kabupaten Solok, Dr. Dendi, S.Ag, MA, menilai kinerja Epyardi Asda, jika dilihat secara obyektif dari data dan fakta yang ada, sangat jauh dari harapan. Menurut pentolan oposisi yang sempat "head to head" heboh dengan Epyardi Asda sampai saling tunjuk di DPRD Kabupaten Solok tersebut, mengungkapkan masyarakat bisa menilai sendiri kondisi Kabupaten Solok saat ini. Pria yang sebelumnya merupakan "kader" Epyardi saat Epyardi masih di PPP itu menyatakan bahwa program yang digaung-gaungkan Epyardi Asda saat menjadi Bupati Solok saat ini hanyalah sekadar omong kosong belaka. Tapi, kegagalan demi kegagalannya memimpin pemerintahan justru berlindung di balik topeng polemik dan tindakan-tindakan viralnya.
"Epyardi Asda itu hebat sebagai Anggota DPR RI. Sebelumnya, beliau menjadi inspirasi dan motivasi hampir seluruh masyarakat, terutama para politikus di Kabupaten Solok dan Sumbar. Tapi saat menjadi Bupati Solok, semua nilai-nilai dan kharisma beliau itu sirna. Saya harus mengatakan ini, karena seorang kepala daerah adalah simbol bagi daerahnya. Orang Solok adalah orang yang santun, ramah, sabar, menjunjung etika dan pekerja keras dan cerdas," ujarnya.
Dendi berharap, Epyardi Asda bisa kembali ke khittahnya sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi masyarakat Kabupaten Solok. Menurutnya, sebelumnya Epyardi dikenal sebagai sosok pekerja keras yang memiliki latar belakang kehidupan yang keras sejak masa kanak-kanak. Hal itu menurutnya telah menjadi inspirasi bagi orang banyak.
"Saya rasa, kini belum terlambat bagi beliau untuk berubah dan kembali menjadi Epyardi Asda yang dulu. Epyardi Asda yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak-anak muda yang hidupnya kurang beruntung. Tentang bagaimana kerja keras, kekuatan karakter dan kepribadian kuat, menjadi kunci keberhasilan hidup," harap Dendi.
Adli: Banyaknya Penghargaan Tidak Sinkron dengan Kondisi di Masyarakat
Terkait banyaknya penghargaan yang diraih Pemkab Solok, kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga Cawabup Solok 2020 lalu, Dr. Adli, menilai banyaknya penghargaan yang diperoleh tidak sebanding dengan kondisi sebenarnya yang terjadi di masyarakat. Menurut Adli, justru banyak penghargaan yang hanya sebatas administrasi negara, yang tak menyelesaikan masalah kehidupan utama masyarakat. Adli juga menyindir, sejumlah penghargaan tersebut justru menjadi ajang bagi bagi ASN dan pejabat untuk cari muka ke kepala daerah.
"Misalnya, penghargaan dari Ombusman terkait kepatuhan standar layanan publik. Itu, hanyalah masalah administrasi negara dan kewajiban pemerintah. Bukan prestasi, tapi kewajiban. Tapi, kemudian dibangga-banggakan dan dibuatkan baliho besar-besar di seluruh penjuru negeri, di fasilitas baliho milik Pemkab Solok pula. Seperti pencitraan untuk bupati yang tidak pandai bekerja," ujarnya.
Adli juga menyindir tentang kebiasaan Epyardi Asda yang memakai mobil-mobil bagusnya, di tengah kondisi ekonomi masyarakat Kabupaten Solok yang susah. Kemudian selalu membanggakan anaknya yang Anggota DPR RI (Athari Gauthi Ardi) sebagai satu-satunya legislator yang berbuat dan membangun di Kabupaten Solok.
"Di satu sisi, mungkin itu bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk masyarakat agar bisa berhasil seperti beliau. Tapi di sisi lain, hal itu justru akan memberi luka mendalam bagi si miskin. Semua orang di Kabupaten Solok ingin berbuat, berbakti dan mengabdi ke Kabupaten Solok sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Jadi bukan hanya beliau, anak beliau, atau tim beliau saja. Saya harap, beliau bisa membuka diri. Meski sudah di ujung periode, saya rasa belum terlambat," ungkapnya.
Yondri Samin: Sudah Terwujud Semua
Sementara itu, mantan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Solok, Yondri Samin, secara satir (menyindir) justru mengungkapkan bahwa seluruh visi misi Epyardi Asda sudah terwujud. Yondri yang kini menjadi Wakil Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Solok tersebut, sebelumnya dikenal sangat dekat dengan Epyardi Asda semasa menjadi kader PPP.
"Sudah terwujud semua. Infrastruktur jalan tertata rapi sampai ke nagari-nagari. Tak ada satupun kita temui jalan yang berlobang. Jalan-jalan ke daerah terisolir berhotmix licin bagai cermin. Rakyat hidup layak, terpenuhi sandang dan pangan berkelimpahan rezeki. Hampir tiap rumah penduduk punya mobil. Anak-anak tidak satupun yang tidak bersekolah. Semua lembaga memberi penghargaan. Kita yakin beliau akan terpilih kembali tahun 2024 atau maju menjadi Gubernur Sumbar atau DPR RI. Dan sebaiknya kita segera buka kaca mata hitam, atau segera bangun dari mimpi," ujarnya.
Epyardi: Saya Puas dengan Capaian Solok Super Team
Sementara itu, dari sisi Bupati Solok Epyardi Asda, dirinya bersama Solok Super Team, mengaku puas dengan berbagai capaian Pemkab Solok selama ini. Menurut Epyardi, banyak hal yang mesti diperbaiki di Kabupaten Solok. Meski banyak yang menentang, Epyardi menegaskan dirinya tak pernah takut. Menurutnya, hal itu hanyalah untuk menegaskan niatnya untuk berbakti dan mengabdi ke kampung halamannya.
"Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan. Saya bukan Superman! Yang ada itu adalah tim yang solid bernama Solok Super Team. Meski awalnya banyak ditentang, tapi lihatlah sekarang, berkat kerja keras kita bersama, bisa mendapatkan hasil yang memuaskan," kata Epyardi usai menerima penghargaan dari Ombudsman RI pada 26 Januari 2023 lalu.
Sejatinya, bibit-bibit "panas" penentangan sudah meletup sejak Epyardi Asda memantapkan diri maju di kontestasi Pilkada Kabupaten Solok 2020. Anggota DPR RI tiga periode (2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2018) tersebut langsung menjadi magnet berkat ketokohan, pengalaman politik di level nasional, kekuatan finansial, serta beragam kelebihan lainnya.
Ibarat dua sisi mata uang, dan sebagai manusia biasa, Epyardi juga lekat dengan sisi-sisi yang dianggap negatif oleh calon-calon rival politik, dan mempengaruhi perspektif masyarakat. Epyardi dengan latar belakang kehidupan yang perih di usia muda dan berhasil survive hingga menjadi pengusaha pelabuhan, membentuk karakter kerasnya. Sehingga, dirinya dianggap arogan, sombong, pemarah dan tidak memiliki etika sopan santun.
Waktu kampanye Pilkada yang sangat singkat, membuat Epyardi dan Tim Pemenangan tidak mudah menjelaskan ke publik bahwa karakter keras tersebut menjadi kunci suksesnya untuk survive (berjuang) dalam hidupnya. Hal yang seharusnya menjadi inspirasi dan teladan bagi masyarakat, terutama bagi generasi muda Kabupaten Solok. Apalagi, Epyardi berkali-kali menegaskan bahwa dirinya tidak akan mengubah karakter dan kepribadiannya.
"Saya tidak bisa dan tidak akan pernah mau bermanis-manis untuk menyenangkan hati orang lain. Yang baik akan saya apresiasi, yang tidak baik harus saya koreksi. Niat saya hanya untuk berbakti dan mengabdi ke kampung halaman saya, Kabupaten Solok. Saya memiliki niat membangun daerah berbekal pengalaman pribadi, pengusaha dan politik. Tapi, tentu saya minim pengalaman di sisi birokrasi pemerintahan, karena itu, mari kita bersama-sama membangun daerah ini menjadi lebih baik, dengan kemampuan dan peran kita masing-masing," ungkapnya.
Jon F Pandu: Saya Siap Fight dengan Epyardi Asda
Resistensi terhadap Epyardi Asda yang mengumumkan sebuah tim yang disebutnya sebagai Solok Super Team (SST) justru datang dari internalnya, yang dipimpin oleh Wabup Jon Firman Pandu. Ketua DPC Gerindra Kabupaten Solok itu, sangat tersinggung dengan keinginan Epyardi Asda untuk mengganti Dodi Hendra Dt Pandeka Sati sebagai Ketua DPRD Kabupaten Solok. Posisi yang sebelumnya dijabat Jon Firman Pandu.
"Saya hanya tiga bulan pertama (usai dilantik) berkomunikasi dengan Pak Epyardi. Setelah itu, tidak ada lagi. Beliau ingin menguasai segala hal dan semua orang. Baik orang-orang di pemerintahan, maupun orang-orang di politik, terutama di DPRD. Tentu, hal ini tidak bisa diterima karena Kabupaten Solok ini tidak bisa diurus oleh satu orang. Beliau kemudian bertindak zalim kepada saya dan orang-orang yang ingin mengkritiknya. Khusus ke Gerindra, tentu saja saya tidak bisa menerima tindakan zalim itu. Karena harus diingat bahwa Pilkada Kabupaten Solok 9 Desember 2020 dimenangkan Gerindra dan PAN dengan susah payah. Hanya selisih 814 suara. Perlu juga diingat, akumumulasi 59.625 suara yang diraih Asda-Pandu linier dengan raihan Gerindra ditambah PAN di Pileg 2019. Yakni 29 ribuan suara Gerindra dan 28 ribuan suara PAN, ditambah suara dari kerja-kerja politik di kampanye Pilkada 2020. Jadi, beliau duduk sebagai Bupati Solok saat ini, bukan hanya karena beliau dan kerja politik kader PAN. Tentu ada juga kiprah kami dari kader Gerindra dan kerja-kerja politik kami lakukan di masa kampanye Pilkada 2020," tegas Jon F Pandu.
Jon Firman Pandu juga menegaskan, meski berjuang mati-matian, Partai Gerindra justru tidak mendapatkan apa-apa dari kemenangan di Pilkada 2020. Justru, partai-partai yang menjadi kompetitor dan rival di Pilkada, justru mendapat tempat. Demikian juga dengan internal di Pemkab Solok. Para ASN dan pejabat Pemkab Solok menurut Jon F Pandu, justru berada di bawah tekanan.
"Alih-alih membuat suasana damai dan kondusif di kalangan pegawai yang sudah tercipta di masa bupati-bupati sebelumnya, justru kini yang terjadi adalah berbagai polemik dan tindakan viral, yang menjadi tontonan hingga ke tingkat nasional. Bahkan, pegawai-pegawai yang menjadi aset daerah selama ini, justru tabang hambua (pindah) ke daerah lain. Ini tentu sangat miris. Tapi, sudah lah, mungkin ini sudah takdirnya Kabupaten Solok saat ini. Yang jelas, secara pribadi dan secara kepartaian, saya siap fight (bertarung) ke depannya, terutama di Pileg dan Pilkada 2024," ujarnya. (***)
Post a Comment