Syamsu Rahim: Epyardi Asda, dari Cultural Lag, Cultural Shock, Menuju Cultural Stress
Syamsu Rahim: Epyardi Asda, dari Cultural Lag, Cultural Shock, Menuju Cultural Stress
Bupati Bukan Raja, Jangan Sampai Terjadi Chaos di Kabupaten Solok
SOLOK, PATRONNEWS.CO.ID - Mantan Bupati Solok periode 2010-2015, Drs. H. Syamsu Rahim, menilai Bupati Solok saat ini, Capt. Epyardi Asda, M.Mar, "terlilit" tiga persoalan akulturasi budaya baru di kehidupannya. Yakni dari metamorfosis dari seorang pengusaha, kemudian masuk ke politik via jalur legislatif dan kini berada di eksekutif. Tiga persoalan yang sedang "melilit" Epyardi Asda itu menurut Syamsu Rahim adalah cultural lag, cultural shock dan kini menuju cultural stress.
"Saya meyakini, Epyardi Asda sebelumnya tidak pernah akan membayangkan bakal jadi Bupati Solok. Sehingga, saat dirinya jadi Bupati Solok, terjadi 'guncangan' kultural terhadapnya. Proses adaptasi dari latar belakang pengusaha, kemudian ke dunia politik di legislatif, menuju politik eksekutif, ternyata tidak berjalan dengan baik. Karena, dengan karakternya yang keras, Epyardi Asda tidak menemukan panutan, guru atau pembimbing. Bahkan, beliau tidak mendengarkan lagi siapapun dan tidak ada ruang-ruang diskusi. Sehingga, yang terjadi di dirinya saat ini terkena cultural lag, cultural shock, bahkan kini Cultural Stress," ujar Syamsu Rahim.
Untuk diketahui, cultural lag adalah situasi yang terjadi pada masyarakat atau personal ketika budaya baru masuk ke komunitas atau kehidupannya. Cultural lag umumnya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap perubahan yang terjadi di sekitar mereka. Kondisi ini sebetulnya hanya proses transisi dari masyarakat yang beradaptasi dengan budaya yang baru.
Meski demikian, cultural lag adalah situasi yang dapat memicu konflik, kesenjangan, atau hambatan dalam masyarakat. Oleh karena itu, upaya antisipasi dalam mengatasi cultural lag diperlukan agar masyarakat dapat beradaptasi dengan perubahan sosial dengan lebih efektif dan mengurangi ketidakseimbangan antara aspek sosial dan budaya. Cultural lag adalah fenomena yang tidak selalu berakhir pada hal negatif. Dalam beberapa kasus, cultural lag dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berkembang.
Syamsu Rahim juga mengaku, dirinya sudah berulangkali berusaha agar potensi besar yang dimiliki oleh Epyardi Asda, bisa memberi efek maksimal ke daerah, khususnya Kabupaten Solok. Apalagi, Syamsu Rahim diketahui menjadi salah satu tokoh masyarakat Kabupaten Solok yang memberikan dukungan penuh ke Pasangan Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu di Pilkada Kabupaten Solok 2020 lalu. Dukungan Syamsu Rahim ke Epyardi Asda-Jon Firman Pandu, dilakukan di last minute (menit-menit akhir) pemungutan suara. Sebelumnya, Syamsu Rahim mendukung Nofi Candra dan Yulfadri Nurdin."Waktu itu (Pilkada 9 Desember 2020), Epyardi Asda-Jon Firman Pandu hanya menang 814 suara dibanding Nofi Candra-Yulfadri Nurdin. Saat itu, saya mau mengalihkan dukungan karena menilai potensi Epyardi Asda dan Jon Firman Pandu sangat dibutuhkan daerah. Karena mereka saya nilai sudah selesai dengan dirinya. Di samping Visi Mambangkik Batang Tarandam terhadap persoalan nilai-nilai, agama, ekonomi, dan adat. Harusnya, membangkitkan ini yang diwujudkan dalam misi mereka. Bukan malah merusak tatanan dan kondisi yang ada sebelumnya," ujarnya.
Syamsu Rahim juga mengatakan dirinya sangat sedih, sejumlah nilai-nilai, kondisi dan infrastruktur strategis yang sudah dibangun bupati-bupati Solok sebelumnya, justru ditinggalkan. Bahkan, Epyardi Asda menurut Syamsu Rahim justru membuat "lawan-lawan" baru di pemerintahannya. Tidak hanya dengan "lawan-lawan politik" sebelumnya di Pilkada dan Pileg, tapi juga dengan orang-orang yang mendukungnya sebelumnya.
"Terkait kejadian di Koto Gadang Guguk tadi (Rabu, 31 Januari 2024) dengan Bachtul, saya sangat sedih melihatnya. Saat menjadi kepala daerah, ada hal-hal yang harus diselesaikan dengan aturan-aturan, tapi di diri kepala daerah itu juga melekat kebijakan-kebijakan. Asalkan tidak melanggar aturan, kebijakan-kebijakan harus diambil. Karena bupati adalah kepala daerah semua orang, bukan segelintir golongan," tegasnya.
Caleg DPRD Sumbar dari Partai NasDem Dapil Sumbar 7 Solok Raya (Kabupaten Solok, Kota Solok, Solok Selatan) itu juga mengatakan banyak program-program strategis yang semestinya diperkuat oleh Epyardi Asda, tapi justru tatanannya diubah. Seperti kawasan Islamic Center Kotobaru yang masjidnya kini dikelilingi gedung-gedung tinggi. Kemudian, tekanan ke PT Tirta Investama (Pabrik AQUA Solok yang membuat 96 karyawan diberhentikan. Lalu, penutupan tambang biji besi PT Arosuka Mandiri yang memiliki cadangan deposit 60 juta ton. Kemudian, PT Kutasi yang bergerak di tambang biji besi ditutup, serta proyek strategis nasional energi panas bumi (geothermal) yang tidak digarap."Semua itu adalah potensi-potensi yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat dan daerah. Banyak menyerap lapangan kerja dan menimbulkan potensi ekonomi baru. Padahal, semestinya pemerintah harusnya mampu menyiapkan regulasi dan aturan, sehingga dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Potensi-potensi daerah, seperti pariwisata, justru hanya dinikmati segelintir orang bahkan pribadi dan keluarga kepala daerah. Bahkan, diduga ada dana APBD daerah yang masuk ke sana," ungkapnya.
Syamsu Rahim juga kembali mengingatkan bahwa jabatan Bupati bukan seperti raja di daerah. Mantan Ketua DPRD Kota Sawahlunto dua periode, Walikota Solok 2005-2010 dan Bupati Solok 2010-2015 itu, berharap agar persoalan-persoalan yang terjadi di Kabupaten Solok tidak berujung pada chaos, yang akhirnya justru berakibat kekacauan di masyarakat.
"Bupati bukan raja. Dia adalah pelayan dan pengayom rakyat. Jangan sampai kondisi yang terjadi saat ini berujung chaos di Kabupaten Solok," ungkapnya.
Sebelumnya, jagat media sosial (Medsos) Kabupaten Solok dan Sumbar kembali heboh dengan beredarnya video "basirangak" (adu mulut) antara Bupati Solok Capt. Epyardi Asda, M.Mar dengan tokoh masyarakat Kabupaten Solok Ir. Bachtul. Kejadian tersebut terjadi saat kunjungan kerja Epyardi Asda di SDN 06, Jorong Simpang, Nagari Koto Gadang Guguak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Rabu (31/1/2024).Dalam kunjungan itu, Epyardi Asda tampak didampingi Kepala Dinas Kesehatan Zulhendri, Kasat Pol PP Elafki, Kapolsek Gunung Talang AKP Defrianto, SH, mantan ASN Pemkab Solok yang kini jadi Caleg PAN Dapil 1 Edisar, ASN Pemkab Solok yang ditunjuk sebagai Plt Walinagari Koto Gadang Guguak Yulianir, serta sejumlah perangkat Nagari Koto Gadang Guguak. Sementara itu, Ir. Bachtul yang mendatangi Epyardi Asda, tampak didampingi oleh sejumlah masyarakat. Bachtul merupakan Anggota DPRD Sumbar dua periode (2004-2009 dari Partai Amanat Nasional/PAN dan 2009-2014 Partai Bintang Reformasi/PBR). Pada 2014 Bachtul maju di Pileg DPR RI Sumbar 1 dari Partai NasDem dan Caleg DPR RI 2019 dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di Pileg 14 Februari 2024 nanti, Bachtul maju di kontestasi Pileg DPRD Sumbar dari Partai Gerindra Dapil 7 Solok Raya (Kabupaten Solok, Kota Solok, Solok Selatan) dengan nomor urut 2.
Dalam video tersebut, Bachtul awalnya menyalami Epyardi Asda dan mempertanyakan tentang pemberhentian istrinya yang menjadi tenaga harian lepas (THL) di RSUD Arosuka, padahal sudah 17 tahun mengabdi di dunia medis di Kabupaten Solok. Bachtul juga mengatakan dirinya sudah menanyakan pemberhentian itu ke Direktur RSUD Arosuka, Dinas Kesehatan, hingga ke Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Solok.
Namun, pertanyaan Bachtul itu langsung ditanggapi emosional oleh Epyardi Asda. Tindakan emosional Epyardi Asda sempat dilerai oleh Plt. Walinagari Koto Gadang Guguak Yulianir, Caleg PAN Edisar, Kapolsek Gunung Talang Defrianto dan Kasat Pol PP Elafki beserta sejumlah personel Pol PP Kabupaten Solok. Epyardi Asda bahkan mengatakan dirinya memiliki kewenangan memecat THL.
"Ini kewenangan saya. Berdasarkan penilaian saya.
Di saat suasana memanas, Plt. Walinagari Yulianir langsung "tampil ke depan" dengan mengatakan bahwa dirinya yang mengundang Epyardi Asda ke Nagari Koto Gadang Guguk. Yulianir, merupakan ASN Pemkab Solok yang ditunjuk menjadi Plt. Walinagari Koto Gadang Guguk, setelah Epyardi Asda memberhentikan Walinagari Carles Camra sejak tahun 2021 lalu. Carles Camra sendiri, sudah memenangkan gugatan di PTUN Padang dan PTTUN Medan dan keputusan eksekusi sudah turun. Namun, hingga saat ini, jabatan Carles Camra tak juga dikembalikan.
Epyardi Asda sempat berusaha menghindar dari Bachtul. Namun, politisi Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut kembali tersulut emosi, saat diteriaki Bachtul sebagai "pengecut!"
"Anda memecat orang sembarangan. THL anda pecat, Anggota Satpol PP anda pecat, Walinagari anda pecat. Anda jangan sembarangan! Kalau tak anda selesaikan, artinya anda pengecut. Badan dan suara anda saja yang besar. Anda pengecut!," ujar Bachtul.
Perkataan Bachtul itu, langsung ditanggapi dengan emosi oleh Epyardi Asda. Bahwa, hal itu adalah hak kewenangannya, dengan penilaiannya sendiri. Bahkan, keluar dari mulut Epyardi Asda perkataan "manusia anjing"!
"Sejuta manusia anjing sepertimu, saya layani," ujar Epyardi.
Kata-kata dari Epyardi Asda itu, langsung memantik emosi dan kemarahan dari masyarakat. Bahkan turut terdengar kata-kata carut dari masyarakat.
"Hoi... Bupati, anda pimpinan. Bicaralah yang baik. Jaga mulutmu, jangan pakai kata anjing," ujar masyarakat.
Epyardi Asda yang menuju mobilnya, terus "diburu" oleh Bachtul dengan mengatakan bahwa Epyardi Asda telah berbuat zalim.
"Ini bukan dinamika. Ini kezaliman. Tidak hanya memecat para walinagari, THL, memutasi ASN sekehendak hati, tapi juga mengambil 9 ambulans nagari. Kembalikan 9 ambulans nagari itu ke nagari-nagari, karena itu bukan harta nenek moyang anda," ungkap Bachtul.
Hal itu langsung dibalas Epyardi dengan tak kalah sengit. Dengan mengatakan bahwa keputusan ada di tangannya.
"Anda siapa? Kewenangan anda apa? Terserah anda mau bilang apa. Kalau anda ingin berkuasa, maju saja nanti. Rakyat yang akan menentukan nanti, apakah pilih anda atau pilih saya. Anda rakyat, tapi keputusan ada di tangan saya," ujar Epyardi Asda. (PN-001)
Post a Comment