News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

EM-HK, JFP-CD, BG-NE, AR-HH, Gerindra dan PKS Terbelah! NasDem dan Demokrat Belum Bersikap

EM-HK, JFP-CD, BG-NE, AR-HH, Gerindra dan PKS Terbelah! NasDem dan Demokrat Belum Bersikap

Utak-Atik Kontestan Pilkada Kabupaten Solok 2024

EM-HK, JFP-CD, BG-NE, AR-HH, Gerindra dan PKS Terbelah! NasDem dan Demokrat Belum Bersikap

Kontestasi Pilkada Kabupaten Solok 27 November 2024 makin memanas. Sejumlah kandidat sudah mulai mendapatkan kepastian untuk tampil. Beberapa kandidat sudah mengantongi "Surat Tugas" dan rekomendasi Parpol. Adu cepat untuk mendapatkan dukungan Parpol semakin penuh intrik. Siapa yang bakal berlaga, dan siapa yang harus tersingkir?

RIJAL ISLAMY, Kabupaten Solok

Rencana majunya petahana (incumbent) Bupati Solok Capt. Epyardi Asda, M.Mar ke kontestasi Pilkada Sumbar, membuat eskalasi Pilkada Kabupaten Solok menjadi "hidup". Semua kandidat yang namanya kini mengapung, memiliki peluang setara. Hasil Pemilu 14 Februari 2024 di Kabupaten Solok, yang mementaskan lima pemilihan, yakni Pilpres, DPR RI, DPD RI, DPRD Sumbar, dan DPRD Kabupaten Solok, sudah diketahui. Partai Amanat Nasional (PAN), di bawah kendali Ketua DPP PAN yang juga Bupati Solok, Capt. Epyardi Asda, M.Mar, tampil gemilang. Partai berlambang matahari itu, sukses memaksimalkan potensinya sebagai pemegang kendali eksekutif (kepala daerah) menjadi alokasi kursi legislatif.

Pada Pemilihan Legislatif (Pileg) DPRD Kabupaten Solok, dengan 35 alokasi kursi dari lima Dapil, PAN sukses tampil sebagai partai pemenang dengan raihan 6 kursi. PAN menang di 4 Dapil dan paling gemilang di Dapil 5 (Lembah Gumanti, Hiliran Gumanti, Pantai Cermin) dengan meraih dua kursi. Sementara, Partai NasDem memenangi Dapil 3 yang meliputi Kecamatan Kubung dan IX Koto Sungai Lasi. Tiga partai mendapatkan alokasi masing-masing satu kursi dari 5 Dapil, yakni NasDem, Golkar, dan PKS. Berikutnya, Gerindra dan Demokrat mendapatkan 4 kursi dari lima Dapil, minus di Dapil 3. Lalu, Partai Persatuan Pembangunan meraih 3 kursi dari Dapil 3, Dapil 4 dan Dapil 5. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) mendapatkan dua kursi dari Dapil 3 dan Dapil 5. Satu kursi tersisa didapatkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dari Dapil 1 (Gunung Talang, Danau Kembar).

Pada Pileg DPRD Sumbar Dapil 7 Solok Raya (Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Solok Selatan), Kabupaten Solok sukses mengirim dua wakilnya, yakni Lastuti Darni dari PAN dan Agus Syahdeman dari Partai Demokrat. Lastuti Darni merupakan adik kandung dari Bupati Solok, Epyardi Asda.

Pada Pileg DPR RI, Kabupaten Solok sukses mengirimkan anak kandung Epyardi Asda, yakni Athari Gauthi Ardi dari PAN dengan raihan 49 ribuan suara di Kabupaten Solok, atau meningkat sekira 19 ribu suara dibandingkan Pileg DPR RI 2019 lalu. 

Di pemilihan senator (Anggota DPD RI), Kabupaten Solok tak mengirimkan satu wakil pun. Setelah Pemungutan Suara Ulang (PSU) pada 13 Juli lalu, hasil akhirnya, Sumbar mengirimkan Cerint Irraloza Tasya, Muslim Yatim, Jelita Donal, dan Irman Gusman ke kursi DPD RI 2024-2029.

Pada Pilpres, pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar menjadi peraih suara terbanyak. Diikuti pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka dan pasangan Ganjar Pranowo - Mahfud MD. 

Dari hasil tiga jenjang Pileg tersebut, tampak jelas, keberadaan Epyardi Asda sebagai Bupati Solok dan Ketua DPP PAN, sukses dikonversi dengan gemilang di Kabupaten Solok. Yakni memenangi Pileg DPRD Kabupaten Solok, mengirimkan adik kandung dan anak kandung Epyardi Asda, yakni Lastuti Darni dan Athari Gauthi Ardi ke kursi DPRD Sumbar dan DPR RI. Tentu saja, hasil itu secara otomatis membuat tokoh-tokoh, politisi dan calon kandidat di Pilkada Kabupaten Solok harus berfikir berulang kali untuk menantangnya di Pilkada Kabupaten Solok 27 November 2024.

Namun ternyata, Kapten (sapaan Epyardi Asda) memiliki rencana lain. Anggota DPR RI tiga periode (2004-2009, 2009-2014, 2014-2019) mendeklarasikan maju ke Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumbar, menantang petahana Mahyeldi Ansharullah - Vasco Ruseimy. Rencana Epyardi Asda ini, tentu membuat kontestasi Pilkada Kabupaten Solok bergairah. Karena peluang setiap bakal calon terbilang setara. Apalagi, Epyardi Asda mengapungkan nama istrinya, Emiko Epyardi, sebagai "penggantinya" di jabatan Bupati Solok 2025-2030.

Tiga Pasangan Menunggu Pasangan Kejutan

Sejauh ini, peta kontestasi Pilkada Kabupaten Solok sudah mengerucut ke tiga nama kandidat Bupati. Namun, untuk nama kandidat Wakil Bupati, belum satupun mendapat kepastian. Hal ini, tidak terlepas dari dukungan Parpol, politik kewilayahan, dan penggiringan opini yang terus berkembang.

Hasil Pileg 14 Februari 2024, tak satupun Parpol yang bisa mengusung pasangan sendiri, termasuk PAN sebagai partai pemenang. Dari 35 Anggota DPRD Kabupaten Solok 2024-2029, minimal dukungan untuk mengusung Paslon adalah 7 kursi. Lalu, siapa tiga Paslon yang sudah mengapung?

1. Emiko Epyardi - Hardinalis Kobal

Mengapungnya nama Emiko, ternyata disambut sangat antusias di masyarakat Kabupaten Solok, termasuk di kalangan politisi dan Parpol. Tiga partai disebut sudah mencapai kata "sepakat". Yakni PAN (6 kursi), Hanura (2 kursi) dan Golkar (5 kursi). Bahkan, sejumlah Parpol disebut-sebut bakal membentuk koalisi besar untuk mendukung Emiko Epyardi dan Hardinalis Kobal. Yakni ditambah dengan NasDem (5 kursi) dan Demokrat (4 kursi).

Jika terwujud, koalisi ini akan membentuk komposisi 22 kursi dari 35 kursi DPRD Kabupaten Solok atau sebesar 62,85 persen. Jika Emiko berhasil memenangi Pilkada Kabupaten Solok 27 November 2024, "paduan" eksekutif dan koalisi legislatif ini akan membuat hubungan pemerintah dan DPRD berjalan sangat baik untuk membangun dan mengabdi ke daerah dan masyarakat.

Pasangan Emiko-Hardinalis Kobal secara politik kewilayahan adalah pasangan utara dan tengah di Kabupaten Solok. Emiko berasal Nagari Singkarak (Kecamatan X Koto Singkarak) dan berada di Dapil 2. Sementara Hardinalis Kobal berasal dari Nagari Gantung Ciri (Kecamatan Kubung) dan berada di Dapil 3. 

Nama Dr. H. Hardinalis Kobal, SE, MM, menanjak, karena politisi yang sarat pengalaman organisasi dan politik ini adalah Ketua DPRD Kabupaten Solok periode 2014-2019. Jika menggandeng Hardinalis, Emiko maupun Epyardi akan mendapat dua keuntungan, yakni loyalitas dan pengalaman saat mampu menjaga sinergitas dan harmonisasi antara pemerintah dan DPRD. Sinergitas dan harmonisasi ini menjadi masalah terbesar di pemerintahan Epyardi Asda-Jon Firman Pandu periode 2021-2025. Hal yang membuat perjalanan pemerintahan (pemerintah dan DPRD) menjadi penuh konflik. Hal itu, juga didukung oleh faktor subyektivitas dari para "petinggi" Parpol. Salah satunya, kedekatan Epyardi Asda dengan Ketua Partai Golkar Sumbar, Khairunnas, yang juga Bupati Solok Selatan.

Sebagai politisi sarat pengalaman, Epyardi Asda dikenal sebagai sosok politisi yang detail, sistematis dan memiliki insting politik yang tajam. Tentu, Kapten tidak akan mau istrinya didampingi oleh sosok yang tidak mumpuni jika mendapatkan amanah memimpin Kabupaten Solok kelak. 

Kekurangan Emiko-Hardinalis yang mulai terlihat dan menjadi negatif campaign adalah persoalan gender Emiko sebagai perempuan, di samping pengalamannya "hanya" sebagai pendamping hidup bagi Epyardi Asda. Namun, dengan dukungan dan pencerahan dari Parpol koalisi dan peran Hardinalis Kobal yang "pintar" dalam komunikasi, kekurangan itu bisa dieliminasi. Sementara, negatif campaign terhadap Hardinalis Kobal adalah dia adalah "Sumando" di Nagari Gantung Ciri, dan, tentu saja uang!

Jon Firman Pandu, SH - H. Candra, SH.I

Sebagai petahana (incumbent), Wakil Bupati Solok Jon Firman Pandu dihadapkan pada dua konflik internal. Yakni di internal Pemkab Solok dan internal Partai Gerindra. Keberadaannya sebagai Wakil Bupati Solok 2021-2025, sama sekali "tak dianggap" oleh Bupati Epyardi Asda. Jangankan untuk dilibatkan dalam pengambilan kebijakan di Pemkab Solok, gambar Jon F Pandu tak lagi ada berdampingan dengan Epyardi Asda. Bahkan, itu termasuk dalam spanduk-spanduk di kantor Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Solok, serta di setiap kegiatan Pemkab Solok. Gambar Jon F Pandu secara "zalim" digantikan oleh Emiko. 

Di internal Partai Gerindra Kabupaten Solok, Jon F Pandu juga tidak lepas dari konflik. Diduga, akibat konflik internal ini, perolehan Partai Gerindra yang 6 kursi di periode 2019-2024 turun menjadi 4 kursi di periode 2024-2029. 

Seirama dengan Jon Firman Pandu di Partai Gerindra, politisi PKS, H. Candra, SH.I, juga dihadapkan pada konflik internal. Candra, merupakan Sekretaris Pribadi (Sespri) Gubernur Sumbar yang juga Ketua DPW PKS Sumbar Mahyeldi Ansharullah. Meski berasal dari Nagari Paninggahan (Kecamatan Junjung Sirih) dan "Sumando" di Nagari Talang, kiprah Candra, belum sekuat Nosa Ekananda, yang merupakan Anggota DPRD Kabupaten Solok tiga periode. Beredar "riak" di loyalis dan simpatisan PKS, yang lebih "berharap" NE untuk diusung PKS di Pilkada 27 November 2024 nanti.

Budi Global - Nosa Ekananda

Nama Budi Satriadi yang akrab disapa Budi Global, "mendadak" menjadi magnet kuat di kontestasi Pilkada Kabupaten Solok 2024. Pria kelahiran Nagari Salimpek, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, pada 17 Mei 1976 ini, menjadi inspirator bagi anak muda Kabupaten Solok. Kisah perjalanan hidupnya yang penuh liku, Budi berhasil membuktikan bahwa siapapun bisa sukses jika punya keinginan kuat.

menjadi Ketua Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi) Kabupaten Solok tahun 2012-2015. Kemudian, Pengurus BPD Hipmi Sumatera Barat 2015-2020. Lalu, Ketua Komite Tetap Kamar Dagang dan Industri (Kadin) tahun  2017-sekarang. Kemudian, ⁠Pengurus Masyarakat Alam Gumanti 2023-sekarang. Lalu, Ketua Persatuan Golf Indonesia (PGI) Sumatera Barat (2022-2026).

Dengan latar belakang Budi Satriadi sebagai pengusaha, Nosa Eka Nanda yang tumbuh dan besar di Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dinilai sebagai sosok yang pas mendampingi. Tiga periode di DPRD Kabupaten Solok, tentu bukan masa yang singkat dalam bermitra dan menjalankan pemerintahan bersama-sama di Kabupaten Solok. Sosok politisi santun tersebut, juga dinilai mampu berkomunikasi dengan seluruh pihak di Kabupaten Solok. Sehingga, pasangan Budi Satriadi dan Nosa Eka Nanda, diyakini bakal membuat kejutan luar biasa. 

Ahmad Rius - Hafni Hafiz

Tidak majunya Ahmad Rius di kontestasi Pileg DPRD Sumbar 14 Februari 2024 lalu, memberikan jalan lapang baginya di kontestasi Pilkada Kabupaten Solok 27 November 2024. Di jagat politik Kabupaten Solok, nama Ahmad Rius begitu populer sebagai sosok politisi yang amat disegani. Hampir dari separuh umurnya berada di dunia politik. Termasuk 2 periode sebagai Anggota DPRD Kabupaten Solok 2004-2009 dan 2009-2014. Kemudian dua periode di DPRD Sumbar 2014-2019 dan 2019-2024. Dari 20 tahun menjadi Anggota Dewan, Ahmad Rius menjalani kemitraan dengan Bupati Solok Gamawan Fauzi, Gusmal, Syamsu Rahim, Gusmal dan Epyardi Asda. Selama itu pula, Ahmad Rius dikenal sebagai sosok yang tidak pernah punya konflik dengan siapapun. Bahkan, dengan Epyardi Asda saat dirinya menjadi Ketua DPD PAN Kabupaten Solok dan Epyardi Asda baru pindah dari PPP ke PAN pada 2018.

Berbekal pengalaman yang mumpuni tersebut, Ahmad Rius berulangkali coba dipasang-pasangkan dengan sejumlah tokoh dan politisi lain. Seperti dengan Wabup Solok Jon Firman Pandu, Budi Satriadi, Nofi Candra, Fauzi Wirman dan sejumlah tokoh-tokoh lainnya. Namun, pasangan yang dinilai paling ideal mendampinginya, mulai dikerucutkan ke Hafni Hafiz. Sosok politisi energik asal Alahan Panjang, wilayah selatan Kabupaten Solok. 

Bagi Ahmad Rius, mungkin tak ada beban untuk maju di Pilkada Kabupaten Solok 2024, tapi tidak bagi Hafni Hafiz! Anak muda asal Selatan Kabupaten Solok tersebut terpilih untuk ketiga kalinya menjadi Anggota DPRD Kabupaten Solok 2024-2029. Sehingga, perlu keberanian luar biasa dan hitung-hitungan cermat. Karena risikonya sangat jelas. Jika maju di Pilkada, Hafni Hafiz harus mundur dari DPRD Kabupaten Solok dan merelakan perjuangannya di masa kampanye 2023-2024 menjadi percuma, jika tak terpilih di Pilkada 27 November 2024.

Utak-Atik Alternatif, Siapa yang Bakal Jadi Korban?

Jika Emiko - Hardinalis sudah bisa dikatakan kuat secara komposisi partai pengusung, tiga Paslon lainnya masih harus berjuang hingga detik-detik akhir. Termasuk petahana Jon Firman Pandu, yang jika tetap ingin berkoalisi dengan PKS, harus bisa menerima satu dari tiga nama yang ditawarkan PKS. Yakni Candra, Nosa Ekananda dan Adli. 

Budi Satriadi yang disebut sudah mengantongi "mandat" dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan 3 kursi, juga "ngebet" merangkul Nosa Ekananda. Bahkan, Budi juga siap mengejar "mandat" dari DPP PKS. Jika pun mandat PKS tak didapatkan, Budi tetap ingin Nosa Ekananda yang menjadi pasangannya. Budi Satriadi juga sedang intens mengejar mandat dari NasDem dan Demokrat.

Hal yang lebih memilukan akan menimpa Jon Firman Pandu, jika Hafni Hafiz maju di kontestasi Pilkada 2024. Apalagi, jika mandat Gerindra berhasil didapatkan Hafni Hafiz. Jika Jon Firman Pandu tidak mendapatkan mandat dari Gerindra, tentu banyak pihak akan bersorak. Sama seperti yang baru saja terjadi di eskalasi Pilkada Kota Solok. Yakni, kader Gerindra H. Nofi Candra, SE, tidak mendapat dukungan Gerindra. Bahkan, dukungan Gerindra justru diberikan Ketua DPD Gerindra Sumbar, Andre Rosiade ke rival Nofi Candra, yakni Ramadhani Kirana Putra dan Suryadi Nurdal. (***)


Peta Terkini Pilkada Kabupaten Solok 2024

1. Ahmad Rius-Hafni Hafiz

Prediksi Partai Pengusung: 

NasDem (5), Gerindra (4), Demokrat (4) = 13 kursi

2. Budi Satriadi - Nosa Eka Nanda

Prediksi Partai Pengusung:

PKS (5), PPP (3), NasDem (5), Demokrat (4), PDI (1) = 18 kursi.

3. Emiko Epyardi - Hardinalis Kobal

Prediksi Partai Pengusung:

PAN (6), Golkar (5), Hanura (2), Demokrat (4) = 17 kursi.

4. Jon Firman Pandu - Candra

Prediksi Partai Pengusung:

Gerindra (4), PKS (5), NasDem (5), Demokrat (4) = 18 kursi

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment