Tak Mau Penuhi Janji Kampanye, Epyardi Asda Malah Memohon Kemenperin yang Bangun Pabrik Saos Tomat di Solok
Tak Mau Penuhi Janji Kampanye, Epyardi Asda Malah Memohon Kemenperin yang Bangun Pabrik Saos Tomat di Solok
- Ir. Bachtul: Lupa Janji, Epyardi Asda Mulai Pura-Pura Berjuang untuk Petani -
SOLOK, PATRONNEWS.CO.ID - Tokoh masyarakat asal Nagari Koto Gadang Guguak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Ir. Bachtul, menilai Bupati Solok Capt. Epyardi Asda, M.Mar, telah lupa dengan janji kampanyenya membangun pabrik saos cabe dan tomat di Pilbup Solok 2020 lalu. Menurut Bachtul, yang juga bagian Tim Pemenangan Kampanye Epyardi Asda-Jon Firman Pandu di Pilbup Solok 2020 itu, Epyardi Asda mulai pura-pura berjuang untuk membangun pabrik saos tomat, setelah viral di Medsos, petani Solok membuang hasil panen tomat ke jurang, karena harga anjlok.
"Ketika kampanye Pilbup berjanji mau bangun pabrik saos tomat di Alahan Panjang. Setelah terpilih malah lupa dengan janji tersebut. Sekarang setelah di penghujung masa jabatan, dan viral di Medsos rakyatnya terpaksa buang tomat ke jurang karena harganya anjlok, Dia (Epyardi Asda) mulai pura-pura berjuang lagi untuk bangun pabrik saos tomat. Kalau sekarang baru mau berjuang bikin pabrik saos tomat, tentu keburu busuk tomatnya kapten," ujarnya.
Epyardi Dinilai Tak Amanah dan Tak Konsisten
Senada dengan Bachtul, sejumlah masyarakat Kabupaten Solok menilai Bupati Solok Epyardi Asda tak amanah dan tidak konsisten atas ucapannya. Pasalnya, setelah Epyardi Asda menjabat sebagai Bupati Solok, terkesan lebih memprioritaskan peningkatan ekonomi keluarganya dari pada memperhatikan persoalan ekonomi masyarakat. Pergerakan Bupati Epyardi Asda, juga dinilai lamban dalam mengatasi persoalan-persoalan ekonomi yang sangat merugikan masyarakat Kabupaten Solok. Terbaru, saat sejumlah petani membuang hasil panen tomat ke jurang, yang viral di Medsos.
"Setelah petani merugi dan viral di Medsos, Bupati baru menemui Kemenperin RI, dan memohon untuk membangun pabrik saos cabe dan tomat. Padahal, membangun pabrik saos cabe dan tomat itu, adalah salah satu program unggulan yang menjadi janji kampanye di Pilbup Solok 2020 lalu. Sepertinya, Bupati Solok Epyardi Asda lebih mementingkan ekonomi keluarganya dari pada menyelesaikan persoalan ekonomi masyarakat," kata salah satu masyarakat yang minta namanya tak dituliskan dalam pemberitaan, seperti dilansir 7.topone.id, Selasa (2/7/2024).
Sejumlah Program Unggulan (Progul) dari Epyardi Asda tersebut di antaranya pembangunan pabrik saos cabe dan tomat, pembangunan sentra pertanian dan perdagangan terpadu, satu kecamatan satu produk unggulan. Tentunya program-program unggulan dari janji kampanye Epyardi Asda itu sangat ditunggu-tunggu masyarakat Kabupaten Solok, agar permasalahan terhadap kerugian dari hasil pertanian masyarakat bisa teratasi. Menurutnya, Epyardi Asda adalah orang yang tidak amanah dan tidak konsisten atas ucapannya. Apalagi Epyardi Asda juga terkesan lepas tanggung jawab dengan sekarang mau 'Otewe" untuk ikut Pilkada Sumbar.
"Bagaimana mungkin orang yang tak amanah dan tidak konsisten atas ucapannya bisa dipilih oleh masyarakat Sumbar. Lihatlah Kabupaten Solok, semenjak Epyardi Asda jadi Bupati Solok hanya terkenal dengan buruknya, bukan kebaikannya. Percuma mendapatkan kepala daerah yang kaya sedangkan harta kekayaannya juga tak bisa membantu persoalan-persoalan ekonomi masyarakat di Kabupaten Solok. Masyarakat Sumbar jangan sampai tertipu dengan janji-janji, seperti yang terjadi di Kabupaten Solok saat ini," ujarnya.
Sebelumnya, dalam press release dari Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Solok, Bupati Solok Epyardi Asda merespons video viral petani yang membuang tomat hasil panennya ke dalam jurang di kawasan Alahan Panjang, Kabupaten Solok. Menurut Diskominfo, hal ini terjadi karena beberapa faktor seperti hasil panen melimpah tapi harga anjlok dan kondisi jalan yang macet di Sitinjau Lauik dan daerah lainnya. Epyardi menemui langsung Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi di Jakarta dalam rangka menandatangani Nota Kesepakatan Pemerintah Kabupaten Solok dengan (BSKJI) dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing industri kecil dan menengah di Ruang Sinergi BSKJI Jakarta, Senin (1/7/2024).
"Saya ingin menyampaikan bahwa beberapa waktu kemarin petani mengeluhkan harga yang anjlok bahkan tomat hasil panen mereka terpaksa dibuang. Ini selain karena harga, juga karena akses transportasi yang macet parah di sejumlah daerah," ucapnya.
Epyardi juga berharap agar Kemenperin bisa memberikan bantuan untuk pembuatan parbrik pengolahan saus tomat. Dengan begitu, semua hasil produksi petani tomat di daerahnya bisa terjual dengan harga yang stabil. Selain itu, Epyardi juga meminta agar pemerintah pusat menyediakan pasar untuk menampung hasil panen petani dengan harga yang menguntungkan petani.
"Kita inginnya, tomat-tomat petani di Kabupaten Solok bisa dibawa masuk ke supermarket-supermarket di Jakarta. Di sana harga buah dan sayuran relatif tinggi. Kita berharap pihak kementerian bisa memfasilitasi. Selain itu, jika nanti ada pabrik saos, maka semua tomat petani bisa terserap, sehingga tidak akan ada lagi fluktuasi harga. Karena itu, petani tomat diharapkan tenang dengan solusi yang tengah dicarikan. Sebagai pemimpin, tidak akan meninggalkan masyarakat, khususnya petani tomat, yang sedang mengalami masalah," ujarnya.
Kadis Pertanian Kabupaten Solok: Tomat Dibuang sudah Sering Terjadi
Terkait dengan aksi buang tomat yang diduga dilakukan oleh petani Kabupaten Solok, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok, drh. Kennedi Hamzah mengungkapkan, hasil pembahasannya bersama kelompok tani, terungkap bahwa kejadian ini sering terjadi ketika harga tomat anjlok.
"Ini karena petani sudah memanen tomat mereka dan dibawa ke pasar sayur tetapi tidak ada yang membeli maka mereka membuang demi hanya untuk menyelamatkan petinya. Sebagian petani memilih tidak memanen tomatnya dan membiarkan busuk dilahan, supaya tidak menambah biaya, setidaknya bisa jadi pupuk organik," tuturnya.
Kennedi Hamzah yang berlatar belakang sebagai dokter hewan ini mengatakan bahwa Kabupaten Solok sudah over produksi, karena sejumlah daerah di Sumbar seperti Padang Panjang, Tanah Datar dan Kabupaten Agam, tidak bisa menanam tomat karena faktor bencana alam.
"Maka petani Solok banyak menanam. Sekarang kita over produksi sehingga harga anjlok. Termasuk di Jawa juga ikut panen. Dulu harganya sempat Rp12 ribu Tapi sekarang harga di petani kita Rp700 dan Rp1.200 di pedagang. Karena itu, diperlukan pola tanam, untuk memanfaatkan sumber daya lahan secara optimal, efektif dan efisien untuk menghindari risiko kegagalan panen dalam sistem usaha tani, karena hanya mengusahakan satu jenis tanaman saja dalam satuan waktu tertentu," ujarnya.
Video Petani Solok Buang Tomat ke Jurang, Viral di Medsos
Sebelumnya, janji-janji kampanye Bupati Solok Capt. H. Epyardi Asda, M.Mar dan Wakil Bupati Jon Firman Pandu, SH, mulai dipertanyakan masyarakatnya sendiri. Apalagi, dengan adanya niat Epyardi Asda maju ke Pilkada Gubernur Sumbar 2024, sejumlah elemen masyarakat mempertanyakan kinerja Epyardi Asda selama menjadi Bupati Solok dan apa "jualan" mantan Anggota DPR RI itu menuju Pilkada Sumbar 27 November 2024 nanti. Jika saat memimpin Kabupaten Solok saja Epyardi Asda dinilai gagal, bagaimana bisa mantan kapten kapal dagang itu bisa percaya diri akan mampu memimpin 19 kabupaten/kota se-Sumbar.
Terbaru, sebuah video pendek berdurasi 15 detik viral di media sosial TikTok, facebook dan Instagram sejak Sabtu (29/6/2024) kemarin. Video tersebut memperlihatkan aksi sejumlah petani di Kabupaten Solok yang membuang tomat hasil panennya ke jurang.
Tomat yang semula sudah ditaruh ke dalam peti kayu, tampak kemudian dikeluarkan oleh petani, dan dibuang ke jurang yang terdapat di pinggir jalan.
Video aksi petani membuang tomat ini diunggah oleh akun TikTok @arseno_0619, dan kemudian banyak diunggah ulang oleh akun Citizen Journalis di Instagram.
Menurut informasi yang dihimpun, petani melakukan aksi membuang tomat ke jurang tersebut lantaran anjloknya harga. Menurut pemilik akun yang bernama Beni Arseno itu, petani lebih memilih membuang tomatnya daripada membusuk. Hal itu ditenggarai harga tomat yang saat ini dibanderol dengan harga Rp500 perkilogram.
"Karena tidak laku, mau bagaimana lagi, (karena) udah mau membusuk di gudang," kata Beni, dikutip dari katasumbar.com.
Aksi para petani ini pun mendapatkan banyak respons negatif dari warganet. Banyak pula yang menyayangkan aksi petani tersebut.Sebagian warganet ada yang mengusulkan tomat yang sudah hampir busuk tersebut diolah kembali.
"Kenapa harus di buang,kenapa tidak di buat saos tomat aja. Kalau bisa nanti diusulkan di nagari usaha membuat saos tomat, sehingga pas harga anjlok tidak dibuang," sebut akun TikTok @andi.dharma02.
Di sisi lain, tidak sedikit pula warganet yang membandingkan harga tomat di pasaran, yang harganya saat ini terbilang tinggi. Kendati begitu, Beni menyebut, petani sudah tidak bisa berbuat banyak, sehingga membuang tomat menjadi pilihan yang terbaik.
Dalam janji politiknya saat kampanye Pilkada Kabupaten Solok 2020 lalu, Epyardi Asda dan Cawabup Jon Firman Pandu mengedepankan sejumlah program unggulan. Di antaranya, Pembangunan Pabrik Saus Cabe dan Tomat, Pembangunan Sentra Pertanian dan Perdagangan Terpadu, serta Satu Kecamatan Satu Produk Unggulan.
"Alam sudah menunjukkan, tinggal masyarakat yang akan menilai," ujar Epi, Warga Kotobaru, Kecamatan Kubung. (PN-001)
Post a Comment