Dato' Sri Prof DR.Tahir, Sosok Pemimpin Teladan
"Indonesia, ini negeri yang dahsyat. Sangat Ironis,bila rakyatnya miskin.."
Demikian cuplikan, ungkapan isi hati Dato' Sri Prof DR Tahir, salah seorang tercatat terkaya di Indonesia, dan juga seorang tokoh filantropis terkemuka di negeri ini.
Pernyataan itu diungkapkan Tahir, dalam buku biografinya yang sangat menginspirasi, dengan judul 'Living Sacrifice' yang ditulis penulis terkemuka, Alberthine Endah.
Dalam bab ke tujuh, tentang kejayaan dan strategi, Tahir mengungkapkan, orang-orang hanya melihat dirinya, ketika sudah berada di panggung yang tinggi dan dihujani cahaya.
"Mereka tidak melihat saya ketika masih berupa bocah, anak juragan becak yang miskin. Juga tidak melihat perjuangan saya hilir mudik sebagai inang-inang. Orang baru ribut ketika saya tercatat di banyak media, sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia, atau berita yang tersebar tentang sumbangan saya sebesar 1 Triliun untuk yayasan kemanusiaan yang dikelola Bill Gates," tutur Tahir bercerita.
Disisi lain, orang-orang, masih berfikir, sosok Tahir adalah Cinderela yang muncul tiba-tiba; orang beruntung yang keluar dari muka bumi dan patut dicurigai? Padahal, Tahir memiliki lembaran hidup puluhan tahun yang sarat dengan keringat, air mata, hinaan, dan ketersudutan. Itu yang tidak diketahui orang.
Tapi, bagi seorang Tahir, apapun pendapat orang tak jadi masalah. Yang penting melalui buku ini, Tahir ingin menyebarkan untuk maju ke sebanyak mungkin masyarakat Indonesia. Tahir ingin membuat masyarakat percaya pada perjuangan, ingin mereka mengatakan pada diri sendiri, bahwa yang pantas kaya bukan hanya seorang Tahir. Tapi semua orang berhak untuk kaya, dan Tahir ingin memotivasi, untuk menjadi rakyat yang kuat, yang mampu membangun ekonomi yang mantap dalam kehidupannya perlu perjuangan dan kerja keras. Sungguh ironis,Indonesia negeri yang dahsyat, bila rakyatnya miskin.
Sebagai kilas balik kehidupan dan penghidupan yang dilewati Tahir, dirinya juga merasa sedih. Kenapa kekayaan membuat orang berubah? Kenapa orang harus mensyaratkan uang untuk bisa menghormati orang lain?
Tahir berkisah, waktu kami hidup miskin, ibu saya dilempar batu. Tetangga yang kaya tak mengizinkan anaknya bermain dengan saya, karena saya anak kere. Dan berderet penghinaan lain yang saya dapatkan hingga saya dewasa.
Lantas, apa yang membuat seorang Tahir, bisa sukses secara finansial? Salah satu prospek bisnis yang dikelolanya adalah mendirikan Bank Mayapada. Bank Mayapada bukan bank Siluman. Bukan Bank yang besar karena kekuatan misterius. Juga bukan Bank yang terpaksa tumbuh dengan cara harus terlibat skandal terlebih dahulu. Bank Mayapada menjadi besar karena perjuangan alamiah. Bank Mayapada bermain di pemberian kredit proyek-proyek kecil namun volumenya besar dan terjamin pengembaliannya. Hanya sedikit kredit macet di Bank Mayapada.
"Bank Mayapada, bisa beranak pinak secara organik, dari 2 kantor cabang, di ruko sederhana sampai lebih dari 200 kantor, adalah berkat kerja team work yang solid. Semua kantor cabang, propertinya dipastikan milik kami sendiri. Perkembangan Mayapada Group, disertai kekuatan aset yang mantap.
"Saya tidak mendidik karyawan menjadi pekerja yang manja. Mereka harus berjuang. Mereka betul-betul berjuang mulai dari mencari lahan, mengurus izin,merekrut karyawan dan mengembangkannya. Kebesaran Mayapada, tercipta karena semangat juang khas orang susah tak pernah kami akhiri. Kami tak pernah berlabuh dalam kondisi penuh dengan kemanjaan lantaran bank kami sudah besar," ujar Tahir, anak seorang pembuat becak di Surabaya itu.
Dan, suatu yang luarbiasa, sebagai pemimpin, Tahir juga hadir sebagai percontohan semangat juang di kantor. Omong kosong, bila seorang pemimpin berkoar-koar, tentang kinerja dan idealisme, jika ia tiba di kantor pada tengah hari. Tahir datang ke kantor pagi-pagi sekali, bahkan sering lebih pagi dari direksi dan sekretarisnya. Tahir terus berpikir dan kerja keras, menyambangi kantor-kantor cabang, memonitor jalannya usaha, rapat ini dan itu, serta menerima kunjungan nasabah, terutama para debitur macet. Tahir nyemplung secara total. Benar-benar info it. Dan, diatas semua itu, Tahir sangat menghargai waktu.
Berbicara tentang tujuan hidup, bagi seorang Tahir adalah bagaimana membuat diri menjadi saluran berkat bagi orang lain. Bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan, masyarakat, negara dan dunia. Tuhan, bagi Tahir menciptakan kita untuk bisa memberi kebaikan bagi dunia. Untuk bisa mencapainya, kita harus membentuk diri menjadi orang yang "pemberi", tulus, senantiasa terdorong untuk membantu orang lain, dan selalu bersemangat melakukan kebaik-kebaikan. Itulah sebetulnya yang dititipkan Tuhan melalui beragam profesi yang kita jalani. Itulah, sebuah komitmen mulia seorang Tahir yang juga bergerak untuk sektor rumah sakit dan properti.
Bagi seorang Tahir, perjalanan hidup tak penting, namun dirinya selalu menganggap penting, bagaimana cara menyikapi hidup dari waktu ke waktu. Mengingat, dari situlah pendewasaan diri terbentuk. Ya, seperti juga diri setiap orang, Tahir mengalami banyak drama, dan hari ini seorang Tahir melihat semua kejadian itu, sebagai sekolah kehidupan.
Dalam Bahasa Presiden Republik Indonesia 1998-1999, BJ Habibie, dalam testimoninya terhadap penerbitan buku Tahir ini, bahwa konglomerat memiliki peranan penting untuk ikut menciptakan situasi produktifitas bangsa yang sehat, indah, dinamis dan berenergi positif. Tahir, menjadi salah satu role model seorang motivator kuat untuk memberi dedikasi pada Indonesia.
Maka, posisi Tahir hari ini, sebagai salah seorang sosok terkaya di Indonesia, pendiri Tahir Foundation, juga tercatat sebagai seorang teladan "social entrepreneur" untuk Indonesia.***
Post a Comment