Partai Demokrat Siap Dukung Penuh Program Pro Rakyat dari Pemkab Solok
Solok, PATRONNEWS.co.id - Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Solok, Ismael Koto, SH, menyampaikan ucapan selamat atas pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Solok Jon Firman Pandu, SH dan H. Candra, SH.I, masa jabatan 2025-2030 di Istana Negara pada 20 Februari 2025. Ismael Koto lmenegaskan komitmen Partai Demokrat Kabupaten Solok untuk mendukung penuh program-program pemerintah daerah dalam lima tahun mendatang.
Sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Solok, Ismael Koto menekankan bahwa partainya memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan program-program yang pro-rakyat dapat tercapai sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang telah dibahas bersama pemerintah daerah dan DPRD.
"Dukungan penuh tentu kami berikan untuk kelancaran pemerintahan daerah ke depan, tetapi tetap dalam koridor pengawasan yang sesuai dengan tugas dan fungsi DPRD,” ujar Ismael Koto.
Ismael Koto juga menegaskan bahwa berbagai agenda besar sudah menanti JFP-Candra. Terutama terkait pembahasan Rancangan Awal (Ranwal) dan RPJMD yang akan segera dibahas bersama.
"Kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan sangat penting untuk mewujudkan visi dan misi Bupati Solok dalam lima tahun ke depan," katanya.
Sekilas Ismael Koto, dari Birokrasi ke Dunia PolitikIsmael Koto menggebrak dunia perpolitikan di Solok Raya (Kabupaten Solok, Kota Solok, Solok Selatan) pada medio 2014. Setelah didaulat menjadi Ketua DPC Partai Gerindra Kota Solok, Ismael Koto kemudian tampil di kontestasi Pilkada Kota Solok 2015. Saat itu, Ismael menantang dua petahana (incumbent) sekaligus. Yakni Walikota Irzal Ilyas dan Wakil Walikota Zul Elfian. Sebagai pendatang baru di Pilkada, Ismael Koto yang saat itu berpasangan dengan Jon Hendra, secara spektakuler meraih suara terbanyak kedua di bawah Zul Elfian dan Reinier. Namun, mampu mengalahkan Irzal Ilyas dan Alfauzi Bote.
Magnet Ismael Koto saat itu, adalah sebagai figur yang sukses di bidang bisnis dan birokrasi. Meski, di gambaran masyarakat Kota Solok saat itu, dirinya lebih diasumsikan sebagai pengusaha yang menggeluti beragam bisnis, seperti agen pelumas dan pemilik sejumlah SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) atau sering disebut Pom Bensin. Padahal, di bidang birokrasi, sebagai PNS di Pemkab Solok Selatan, Ismael merupakan birokrat senior yang cerdas dan problem solver (pemberi solusi beragam masalah). Hal itu dibuktikannya, dengan jabatan tetakhir sebagai Asisten 1, Bidang Pemerintahan. Padahal, dirinya hanya sekitar 15 tahun menjadi PNS, sejak diangkat tahun 2000.
Pada Pilkada Kota Solok 2020, Ismael Koto tampil dengan pola baru, yakni kampanye cerdas (smart campaign), Ismael Koto memberikan pemahaman kepada masyarakat Kota Solok terkait figur yang dibutuhkan untuk membangun Kota Solok menjadi lebih. Namun, Ismael Koto yang berpasangan dengan Edi Candra, belum mampu tampil sebagai pemenang. Hasil Pilkada menempatkan Zul Elfian-Ramadhani Kirana Putra sebagai pemenang kontestasi. Disusul pasangn Yutris Can-Irman Yefri Adang, Ismael Koto-Edi Candra dan Reinier-Andri Marant.
Setelah terjadi suksesi kepemimpinan di Partai Gerindra Kota Solok, Ismael Koto ternyata menyeberang ke Kabupaten Solok setelah didaulat menjadi Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Solok. Dalam perjalanannya, Ismael Koto awalnya tercatat maju di kontestasi Pileg DPR RI, kemudian ke kontestasi DPRD Sumbar Dapil Solok Raya, dan akhirnya dengan berbagai pertimbangan, maju di kontestasi Pileg DPRD Kabupaten Solok Dapil 2 (X Koto Singkarak, X Koto Diateh, Junjung Sirih).
Kisah HidupIsmael Koto lahir pada 31 Agustus 1967 di Kerinci, Provinsi Jambi, dari pasangan Dinar Sutan Pamuncak (Suku Balaimansiang Saniang Baka) dan Hj Aminah Kadir (Suku Koto Saniang Baka). Ismael lahir di Kerinci, karena saat itu, ayahnya adalah seorang marinir KKO yang bertugas di Kerinci dan menjadi Bendahara PRRI di wilayah Kerinci yang saat itu termasuk dalam provinsi Sumatera Tengah.
Ibarat buah jatuh tak jauh dari batangnya, silsilah keluarga Ismael Koto diisi oleh tokoh-tokoh berpengaruh di Saniang Baka, Kabupaten Solok. Kakeknya, Abdul Kadir merupakan anak dari Dt Mangkuto Pangeran, yang merupakan Lareh Singkarak. Di silsilah tersebut juga ada nama Mustafa Kadir, ayah dari Ike Agung Mustika Putra, owner Tiga Warna Entertainment yang pernah menjadi Sekda DKI Jakarta. Mustafa Kadir sendiri merupakan rekan satu leting mantan Gubernur Sumbar Hasan Basri Durin dan mantan Walikota Solok Alimin Sinapa.
Ismael menempuh pendidikan di Kota Sungai Penuh, Kerinci, Provinsi Jambi. Yakni di SDN 5 Sungai Penuh, SMPN 3 Sungai Penuh dan SMAN 1 Sungai Penuh. Pada tahun 1986, Ismael Koto yang selalu berada di rangking teratas di sekolah menempuh pendidikan strata satu (S1) di Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta, Kota Padang. Setahun berselang, Ismael mengikuti ujian sistem penerimaan mahasiswa baru (Sipenmaru) dan diterima di Fakultas Hukum Universitas Andalas (Unand) Padang.
Kuliah Sambil Jadi Sopir Angkot
Berkuliah di FH Unand Ismael merasakan beratnya perjuangan hidup di perantauan. Namun, tantangan itu justru menjadi peluang baginya. Berbekal mobil Jimny milik orang tuanya, Ismael atas saran salah seorang temannya, Bustari Simamora, menjual mobil tersebut dan membeli sebuah mobil Angkot. Mobil jenis Datsun itu dibeli pada tahun 1989, atau saat dirinya masih kuliah di tingkat tiga.
Karena saat itu jadwal kuliah mulai longgar, Ismael menjalankan sendiri Angkot tersebut. Di saat jadwal kuliah, Angkot tersebut dioperasikan secara bergantian bersama Yanuar Anadi, SH, MH, M.Kn, teman kuliahnya yang kini menjadi Hakim Tipikor di Pekanbaru, Riau. Aktivitas kesehariannya pun akhirnya berubah. Ismael dengan ketekunannya, membuat satu mobil Angkot tersebut akhirnya bertambah, hingga menjadi tiga unit Angkot. Hal ini, juga mengantarkan dirinya terjun ke dunia penjualan mobil-mobil bekas.
Menjadi sopir Angkot dan berbisnis penjualan mobil bekas, membuat Ismael seringkali mengunjungi bengkel. Terutama untuk melakukan servis dan perawatan berkala. Di saat itu, muncul lagi ide membuka usaha bengkel dan penjualan spare part (suku cadang) mobil.
Pengusaha Kecil Teladan Nasional
Pada tahun 1992, saat masih menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Unand, Ismael Koto dinobatkan sebagai Pengusaha Kecil Teladan Nasional. Keberhasilan tersebut, menjadi berkah kedua baginya setelah pada 22 Agustus 1991, dirinya menjadi seorang ayah, setelah dr. Dinda Genisya Utami lahir.
Atas keberhasilannya meraih prediket Pengusaha Kecil Teladan tingkat nasional tersebut, Ismael mendapatkan kesempatan Diklat/magang di Akademi Pimpinan Perusahaan di Kementerian Perdagangan. Di samping itu, dirinya juga mendapatkan hadiah modal usaha Rp 100 juta dari PT Pertamina. Jumlah uang yang sangat besar kala itu. Uang tersebut, digunakannya untuk membeli tanah dan membangun bengkel sendiri, serta mendatangkan mekanik dari Auto 2000 Padang.
Tamat dari FH Unand tahun 1993, Ismael kemudian mengelola bengkel dengan manajemen yang baik dan administrasi yang rapi. Ismael mengajukan penawaran ke Bupati Sungai Penuh, agar semua kendaraan dinas milik Pemda, diservis berkala di bengkelnya. Hal yang sama juga diajukan ke seluruh BUMN dan BUMD. Penawaran ini disambut antusias, karena status bengkel tersebut sudah modern dan dilengkapi fasilitas lengkap, seperti ruang tunggu nyaman yang dilengkapi televisi, makanan kecil, air minum dan lainnya.
Terjun ke Politik
Eskalasi politik di Indonesia pada tahun 1998 yang ditandai beralihnya Era Orde Baru (Orba) ke Era Reformasi, ikut menyeret Ismael Koto. Hidup dalam lingkungan Muhammadiyah dan Ibunya, Hj Aminah Kadir, yang merupakan Sekretaris Muhammadiyah Kerinci, membuat Ismael Koto, merapat ke Partai Amanat Nasional (PAN). Karena PAN didirikan oleh Amien Rais yang merupakan mantan Ketua PP Muhammadiyah.
Karena sebelumnya aktif di organisasi Muhammadiyah di Jambi dan dikenal sebagai pengusaha, Ismael Koto didaulat dan diminta oleh Ketua DPW PAN Provinsi Jambi saat itu, Zulkifli Nurdin, menjadi Bendahara DPW PAN Jambi. Sekretaris DPW PAN Jambi saat itu adalah Rizal Jalil, yang belakangan menjadi Ketua BPK RI. Zulkifli Nurdin sendiri, akhirnya terpilih sebagai Gubernur Jambi.
Menjadi PNS
Kedekatannya dengan Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin dan Bemdahara DPW PAN Provinsi Jambi, pada tahun 2000, Ismael Koto ditawarkan menjadi PNS. Tawaran itu, sempat ditolak Ismael, dengan alasan dirinya nyaman sebagai pebisnis. Namun, berbagai masukan dan pertimbangan, terutama dari keluarga, akhirnya tawaran itu diterimanya.
Setelah diterima dan mengikuti Latihan Prajabatan (LPJ), Ismael langsung ditunjuk sebagai Sekretaris Camat di Kecamatan Hamparan Rawa, Sungai Penuh. Tapi, tak lama setelah itu, muncul UU Otonomi Daerah, yang menegaskan bahwa pangkat minimal Sekcam III.B, sementara Ismael masih IIIA. Akhirnya, Ismael dipindahkan menjadi Kasi Umum Kelurahan di Sungai Penuh. Enam bulan setelahnya, Ismael kemudian Kasubag Bantuan Hukum Sekda Kabupaten Kerinci. Lalu, ditarik ke Kasi Promosi di Dinas Perdagangan, karena diminta Dekranasda.
Pindah ke Solok Selatan
Dengan komitmen kuat dari Partai Demokrat selama ini, Ismael Koto berharap program-program pembangunan di Kabupaten Solok dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
"Alhamdulillah. Semoga roda pemerintahan bisa berjalan dengan Sejuk dan Damai dan Membawa Kemajuan Pembangunan Kabupaten Solok di segala bidang. Fraksi Demokrat Kabupaten Solok siap mendukung semua program program pro rakyat dari Pemkab Solok nantinya. Yakni dengan pengelolaan yang profesional dan proporsional. Sekali lagi saya mengucapkan selamat atas pelantikan dan selamat bekerja," ujarnya.
Saniang Baka. Untuk mengambil simpati masyarakat sekitar, bengkel semi modern pertama di Sungai Penuh tersebut, diberi nama Kerinci Motor.
Pengusaha Kecil Teladan Nasional
Pada tahun 1992, saat masih menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Unand, Ismael Koto dinobatkan sebagai Pengusaha Kecil Teladan Nasional. Keberhasilan tersebut, menjadi berkah kedua baginya setelah pada 22 Agustus 1991, dirinya menjadi seorang ayah, setelah dr. Dinda Genisya Utami lahir.
Atas keberhasilannya meraih prediket Pengusaha Kecil Teladan tingkat nasional tersebut, Ismael mendapatkan kesempatan Diklat/magang di Akademi Pimpinan Perusahaan di Kementerian Perdagangan. Di samping itu, dirinya juga mendapatkan hadiah modal usaha Rp 100 juta dari PT Pertamina. Jumlah uang yang sangat besar kala itu. Uang tersebut, digunakannya untuk membeli tanah dan membangun bengkel sendiri, serta mendatangkan mekanik dari Auto 2000 Padang.
Tamat dari FH Unand tahun 1993, Ismael kemudian mengelola bengkel dengan manajemen yang baik dan administrasi yang rapi. Ismael mengajukan penawaran ke Bupati Sungai Penuh, agar semua kendaraan dinas milik Pemda, diservis berkala di bengkelnya. Hal yang sama juga diajukan ke seluruh BUMN dan BUMD. Penawaran ini disambut antusias, karena status bengkel tersebut sudah modern dan dilengkapi fasilitas lengkap, seperti ruang tunggu nyaman yang dilengkapi televisi, makanan kecil, air minum dan lainnya.
Menjadi Agen Pelumas
Seiring berjalan waktu, kebutuhan pelumas kendaraan menjadi peluang dan ide bisnis bagi Ismael. Sebagai sosok cerdas dan memiliki jiwa bisnis yang mumpuni, Ismael berniat menjadi agen pelumas. Tidak lagi sebagai pengecer, atau sebagai penjual di bengkel.
Untuk menjadi agen, harus memiliki perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT). Ismael mendirikan PT Artha Genisya, untuk melengkapi syarat tersebut. Genisya merupakan akronim (singkatan) dari Generasi Ismael Fitriya, dan semua anak-anak bernama Genisya.
Akhirnya, izin agen pelumas tersebut dikabulkan PT Pertamina. Sehingga, selain PT Suka Fajar, agen pelumas di Wilayah 1 dari Medan hingga Padang, tidak lagi menjadi monopoli perusahaan asal pengusaha keturunan Cina. Bahkan, beberapa tahun setelahnya, PT Artha Genisya, juga ditunjuk PT Pertamina sebagai agen elpiji 12 kilogram.
Namun, meski izin sudah didapat, Ismael Koto dan PT Artha Genisya, belum bisa berjalan. Penyebabnya, ketiadaan modal. Naluri bisnis dan otak lobi Ismael kembali diuji. Berkat kepercayaan dan hubungan baik yang menjadi modal utamanya, bantuan pun datang. Seorang tetangganya, Safiyah Munir, pengusaha besar asal Pariaman di Sungai Penuh, datang membantunya. Demikian juga dengan sejumlah pengusaha lain asal Sumbar di Sungai Penuh. Seperti Syafrizal Tahar atau yang biasa dipanggil bang Ucok, kemudian Ali Haji Al Duco dan lainnya.
Terjun ke Politik
Eskalasi politik di Indonesia pada tahun 1998 yang ditandai beralihnya Era Orde Baru (Orba) ke Era Reformasi, ikut menyeret Ismael Koto. Hidup dalam lingkungan Muhammadiyah dan Ibunya, Hj Aminah Kadir, yang merupakan Sekretaris Muhammadiyah Kerinci, membuat Ismael Koto, merapat ke Partai Amanat Nasional (PAN). Karena PAN didirikan oleh Amien Rais yang merupakan mantan Ketua PP Muhammadiyah.
Karena sebelumnya aktif di organisasi Muhammadiyah di Jambi dan dikenal sebagai pengusaha, Ismael Koto didaulat dan diminta oleh Ketua DPW PAN Provinsi Jambi saat itu, Zulkifli Nurdin, menjadi Bendahara DPW PAN Jambi. Sekretaris DPW PAN Jambi saat itu adalah Rizal Jalil, yang belakangan menjadi Ketua BPK RI. Zulkifli Nurdin sendiri, akhirnya terpilih sebagai Gubernur Jambi.
Menjadi PNS
Kedekatannya dengan Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin dan Bemdahara DPW PAN Provinsi Jambi, pada tahun 2000, Ismael Koto ditawarkan menjadi PNS. Tawaran itu, sempat ditolak Ismael, dengan alasan dirinya nyaman sebagai pebisnis. Namun, berbagai masukan dan pertimbangan, terutama dari keluarga, akhirnya tawaran itu diterimanya.
Setelah diterima dan mengikuti Latihan Prajabatan (LPJ), Ismael langsung ditunjuk sebagai Sekretaris Camat di Kecamatan Hamparan Rawa, Sungai Penuh. Tapi, tak lama setelah itu, muncul UU Otonomi Daerah, yang menegaskan bahwa pangkat minimal Sekcam III.B, sementara Ismael masih IIIA. Akhirnya, Ismael dipindahkan menjadi Kasi Umum Kelurahan di Sungai Penuh. Enam bulan setelahnya, Ismael kemudian Kasubag Bantuan Hukum Sekda Kabupaten Kerinci. Lalu, ditarik ke Kasi Promosi di Dinas Perdagangan, karena diminta Dekranasda.
Pindah ke Solok Selatan
Pada tahun 2005, Ismael Koto sempat menemani salah satu temannya melihat proyek tender pembangunan jalan di Solok Selatan. Satu ketika, dirinya bertemu dengan Bupati Solsel saat itu, Syafrizal J. Dari pembicaraan panjang lebar, teman dari Kerinci tersebut, menyatakan bahwa Ismael adalah seorang PNS asal Solok di Kerinci. Syafrizal J terkejut, dan langsung menawarkan untuk pindah ke Solok Selatan. Tak lama kemudian, Ismael pindah ke Solsel dan diserahi amanah sebagai Dirut Perusda Sarantau Sasurambi, yang bergerak di bidang perkebunan dan perdagangan.
Enam bulan setelah itu, ada masalah pembebasan lahan waterboom di Kecamatan Pauh Duo Pekonina. Yang dihadiri Muspida Plus. Termasuk Dandim Solok. Rapat sempat deadlock, saat para pejabat Pemkab Solsel menyarankan untuk membayar ganti rugi. Lalu bupati bingung mencari uang Rp 15 miliar. Saat dimintai pendapat berbagai pihak, rata-rata menyarankan membayar. Padahal lahan waterboom tersebut adalah tanah negara.
Saat rapat deadlock, Ismael Koto kemudian melakukan interupsi dan mengeluarkan pendapat. Bahwa sesungguhnya tanah tersebut tak usah diganti, dengan argumen hukum yang jelas. Bupati, Muspida, dan pejabat di Pemkab Solsel terkejut. Namun, merasa terbantu dengan argumen hukum tersebut, karena bisa menyelamatkan anggaran.
Bupati Syafrizal J, langsung berujar; "Seperti ini lah pejabat yang saya cari. Yang seperti ini, pantas jadi Kabag Hukum". Hanya dua minggu kemudian, Ismael dilantik jadi Kabag Hukum Pemkab Solsel. Di jabatan itu, Ismael semakin dikenal sebagai penyelesai masalah (problem solver). Karena banyak menyelesaikan persoalan hukum antara Pemkab Solsel dan masyarakat.
Satu ketika, di tahun 2007, Bupati Solsel didemo oleh masyarakat dan LSM, terkait penerimaan CPNS. Ketika itu, masyarakat tidak menerima hasil pengumuman yang keluar di koran. Bupati saat itu didampingi kepala BKD, tidak bisa menjawab secara teknis dan logika. Malah membuat keruh suasana. Bupati memerintahkan memanggil Kabag Hukum, Ismael Koto.
Sesampai di lokasi, Ismael Koto diperintahkan menjawab pertanyaan itu, di dalam ruangan bupati kepada para perwakilan. Saat itu, Ismael Koto balik menantang; "Masih ada nggak, yang harus mendengar. Bila perlu semua pendemo hadir, jangan cuma perwakilan". Bupati, menanyakan tidak muat jika semua pendemo masuk ruangan bupati. Akhirnya, rapat dipindahkan ke Aula Rapat Bupati dan Wabup. Lalu Ismael mempersilakan wakil pendemo menyampaikan keberatan. Ismael menjawab teknis dan rinci sesuai fakta-fakta hukum. Akhirnya, pendemo menyatakan kepuasan atas jawaban. Bahkan, secara aklamasi menyampaikan ke bupati, ini yang cocok jadi kepala BKD.
Suara dari pendemo tersebut, membuat Bupati Syafrizal J memerintahkan Sekda, lewat telepon, untuk menyusun, perombakan SOTK. Dan meminta Ismael Koto menjadi Kepala BKD, sebagai wujud terima kasih saat "menyelesaikan" aksi demo sebelumnya.
Tahun 2010, Kabupaten Solok Selatan menjalani Pilkada. Saat itu, Ismael Koto disebut-sebut mendukung Syafrizal J, dipanggil dua kandidat lain. Yakni Muzni Zakaria dan Khairunnas yang meminta mendukung mereka. Namun, dengan sportif, Ismael menyampaikan permohonan maaf, karena tidak bisa mendukung karena sebelumnya, dirinya dibawa Syafrizal J pindah ke Solsel. Nyatanya, Syafrizal kalah. Semua orang memprediksi Ismael akan dihabisi, atau di-nonjob-kan bupati baru, Muzni Zakaria.
Saat apel pertama, di atas podium, Muzni menyampaikan bahwa banyak masyarakat dan timnya, berharap dan meminta Ismael di-nonjob-kan. Nama Ismael disebut, banyak mata memandangnya sinis. Tapi, saat memimpin barisan pasukan BKD, Ismael yang berdiri dengan sikap sempurna, menjawab dengan lantang; "Saya siap di-nonjob-kan".
Namun, Muzni Zakaria mengatakan bahwa dirinya punya penilaian tersendiri. Menurutnya, dirinya melihat karakter Ismael Koto, seperti Pierre Tendean saat menyelamatkan AH Nasution, saat dicari cakrabirawa. Muzni menegaskan akan tetap mempertahankan Ismael. Hal ini dibuktikan, Muzni dan Ismael menjadi teman diskusi dalam jalannya pemerintahan di Pemkab Solok.
Ismael kemudian menjalani masa dua tahun menjadi Kepala BKD Solsel di masa Syafrizal J-Nurfirmanwansyah dan empat tahun di zaman Muzni Zakaria-Abdul Rahman. Ismael kemudian menjadi kepala inspektorat Solsel dan kemudian diprediksi menjadi kandidat kuat Sekda. Tapi, di tahun 2014, saat jabatan Sekda kosong dan diisi Plt. Amril Bakri, Ismael jadi kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja.
Seperti banyak prediksi, Ismael kemudian diangkat jadi Asisten 1 Bidang Pemerintahan. Namun, pada Februari 2015, Ismael mengundurkan diri untuk fokus maju di Pilkada Kota Solok. Tak hanya mundur dari jabatan, Ismael juga mundur sebagai PNS. Waktu itu, mundur saat Bupati dan Wabup sedang dinas luar. Saat itu, bupati dan wabup yang juga adik tingkatnya di FH Unand, mempertanyakan mengapa tergesa-gesa menundurkan diri. Tapi Ismael kokoh dengan pendiriannya, ingin fokus di Pilkada Kota Solok. (PN-001)
Post a Comment