News Breaking
Live
wb_sunny Mar, 16 2025

Tanah Surgawi yang Menangis

Tanah Surgawi yang Menangis


Langit membentangkan selendang biru,

Tapi lautan menutup rapat rahasianya.

Perahu-perahu berayun di tepian,

Namun jala hanya menangkap bayangan.

Ombak ditambat di pagar bisu,

Dan ikan-ikan berlindung di lipatan senja.


Asap dari dapur hanya menari,

Membawa keluh yang tak bersuara.

Tangan-tangan menggenggam angin,

Mencari bara di tungku yang mati.

Lalu hembusan dari menara angkuh berbisik,

"Kalian sendiri yang rakus menghabiskan nafas api."

Padahal jemari merekalah yang menggenggam nyala,

Menyembunyikan hangat dalam peti-peti besi.


Cahaya ilmu terbit di ufuk,

Tapi hanya mereka yang bersayap emas

Yang diizinkan menatap.

Sementara yang lain berjalan dalam kabut,

Mengukur lorong-lorong angka,

Mendaki tangga yang terjal,

Hanya untuk mendengar suara dari menara,

"Kami menjaga cahaya agar tetap berharga."

Namun di balik dindingnya, cahaya telah menjadi emas,

Disimpan rapat dalam genggaman.


Wahai engkau, yang duduk di tahta kata,

Tampak seperti sungai yang mengalir tenang,

Namun di dasarmu, arusmu telah menyeret banyak nyawa.

Engkau suguhkan embun pada dahaga,

Tapi di genggamanmu, hujan pun kau kurung dalam kendi.


Tanah ini, kata mereka, surga yang terbentang.

Tapi mengapa langitnya penuh jerit,

Dan buminya terus mengalirkan air mata?


Idzki Arrusman

Madinah, 09 Februari 2025 M

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment